Cerita sosok tangguh di balik reboisasi hutan mangrove Brebes

on Wednesday, May 31, 2017





Wilayah daratan pantai Dukuh Pandansari, Desa Kaliwlingi, Brebes sudah dikenal mengalami abrasi yang terjadi sejak tahun 1985. Hingga tahun 2010, sekitar 850 Ha lahan tambak dan sawah masyarakat hilang tergerus pengikisan tersebut. Tak bisa dipungkiri, kondisi tersebut dapat menyebabkan efek domino masyarakat yang terancam kehilangan mata pencaharian, pengangguran, kemiskinan, hingga urbanisasi.

Kondisi yang memprihatinkan ini ternyata menggerakkan nurani salah satu masyarakatnya, yaitu Mashadi. Berbekal kekhawatiran abrasi yang bisa melenyapkan kampungnya, pria tersebut mengajak warga sekitar untuk melakukan kegiatan penanaman mangrove kembali untuk mencegah dampak abrasi yang semakin meluas.

Perjuangan tangguh penanaman pohon mangrove ini dilakukan Mashadi sejak tahun 2005. Ada banyak kegiatan yang dilakukan pria tersebut untuk menyelamatkan kampungnya, mulai dari pengelolaan pesisir, pemberdayaan masyarakat pesisir, penguatan kelembagaan kelompok, kampanye kesadaran masyarakat, hingga perlindungan kawasan hutan mangrove.

Tak hanya itu saja, Mashadi juga melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat lokal, pemanfaatan lahan kritis, hingga membentuk Satuan Tugas Penjaga Segara (Satgas Gara) dan pertanian berkelanjutan demi mempertahankan wilayah kampung mereka dari risiko abrasi.

Mashadi berhasil membuktikan kalau kondisi alam yang tak bersahabat bukan berarti membuat dia dan warga masyarakat lainnya tidak bisa melakukan apa-apa. Tak menyerah dengan keadaan, Mashadi akhirnya berhasil membuktikan kalau perjuangannya tidak pernah sia-sia. Saat ini, 25 hektar tambak yang terancam dapat dilindungi. Dari 22 Ha terdampak, mereka dapat mengelola hingga 16 Ha.

Hingga kini sudah lebih dari tiga juta pohon mangrove yang tertanam di wilayah tersebut. Bahkan, hutan mangrove ini menjadi potensi wisata baru yang menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke Desa Kaliwlingi. Hampir semua tambak yang ada di wilayah tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk budidaya perikanan.

Kepedulian yang besar di bidang lingkungan ini membuat pria kelahiran 1 April 1971 tersebut sukses meraih penghargaan bergengsi nasional. Mashadi menerima Kalpataru dari Presiden RI Joko Widodo pada tahun 2015 lalu di Istana Negara. Selain itu, perjuangan Mashadi pun membuatnya sukses terpilih menjadi Pejuang Tangguh Panadol dan tampil di acara Kick Andy.

Mashadi menjadi sosok inspiratif yang membuktikan ketangguhannya untuk tak menyerah dengan keadaan.


Tonton video perjuangan tangguh Mashadi selengkapnya di sini, yuk!

Delegasi Timor Leste Amati Pengelolaan Mangrove di Probolinggo

on Monday, May 29, 2017

Delegasi Pemerintah Timor Leste datangi Pantai Duta Probolinggo (Foto: M. Rofiq)

Probolinggo - Pemerintah Timor Leste mendatangi Pantai Duta di Desa Randutatah, Paiton, Kabupaten Probolinggo. Kedatangan delegasi negara tetangga itu bertujuan untuk melihat dari dekat pengelolaan konservasi mangrove yang dilakukan masyarakat setempat di kawasan wisata tersebut.

Delegasi Pemerintah Timor Leste dipimpin Director General of Forestry, Coffe and Industrial Plants, Manuel Mendez. Kedatangannya diterima oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Probolinggo Rachmad Waluyo, Minggu (28/5/2017).

Mendez mengatakan bahwa kedatangannya sebanyak bersama tujuh orang bertujuan ingin mengetahui bagaimana pemerintah Indonesia khususnya Pemkab Probolinggo memotivasi masyarakat tentang kesadaran lingkungan.

"Kalau di Timor Leste kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sangat kurang. Bahkan mereka sangat acuh dan tidak mau tahu tentang lingkungannya. Oleh karenanya, kami ingin tahu apa saja yang dilakukan pemerintah di sini sehingga masyarakat ikut berperan aktif menjaga kelestarian lingkungan," kata Mendez.

Pengelola Pantai Duta, Abdul Aziz, mengungkapkan bahwa Pantai Duta awalnya tidak seperti sekarang ini. Ketika itu Pantai Duta tidak terawat dan kotor. Berangkat dari kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan, akhirnya dirinya melakukan penanaman mangrove.

"Setelah mangrove tumbuh, barulah datang CSR dari PJB Paiton yang mulai menanam pohon cemara laut. Dari situlah akhirnya keberadaan disini mulai berkembang hingga akhirnya bisa seperti sekarang," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, rombongan Pemerintah Timor Leste melihat-lihat dari dekat keberadaan mangrove center dan lokasi lingkungan Pantai Duta yang sudah tertata dengan baik melalui deratan mangrove dan cemara laut.

Detik

Bupati apresiasi konservasi mangrove oleh masyarakat

on Sunday, May 28, 2017


Pelestarian hutan bakau (mangrove). (dishut.sumutprov.go.id)
PONTIANAK - Bupati Kubu Raya, Kalimantan Barat, Rusman Ali mengapresiasi masyarakat Batu Ampar yang telah melakukan konservasi dan rehabilitasi kawasan pinggir sungai dengan menanam mangrove.

"Ini tentu menujukan bahwa kesadaran masyarakat Batu Ampar sudah sangat tinggi. Dengan melakukan konservasi pada kawasan Mangrove, tidak hanya memberi dampak positif terhadap alam namun juga memberi kontribusi yang signifikan dalam memajukan perekonomian masyarakat," kata Rusman Ali di Sungai Raya, Sabtu.

Dengan mengembangkan pengelolaan kawasan mangrove dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem pantai. Tidak hanya bermanfaat terhadap pelestarian lingkungan juga dapat mengoptimalkan potensi wisata.

Untuk itu, Rusman Ali berharap bahwa tidak hanya pemerintah, tapi juga masyarakat serta pihak swasta dalam pembangunan berkelanjutan melalui aksi nyata menanam dan merehabilitasi mangrove pada daerah yang memiliki pantai terutama adanya kerusakan pesisir pantai akibat abrasi.

"Melestarikan lingkungan hidup dan menjaga ekosistem pantai melalui penanaman mangrove berdampak positif," katanya.

Dikatakannya, konservasi mangrove bermanfaat terhadap pelestarian lingkungan juga dapat mengoptimalkan potensi wisata dengan kehadiran wahana ekowisata mangrove yang memiliki kontribusi positif terhadap aktivitas ekonomi warga sekitar.

Selain pariwisata, tanaman mangrove memiliki nilai lebih secara ekonomi karena dapat menghasilkan produk-produk olahan mangrove seperti sirup, dodol, nastar dan selali.

"Adapun daun mangrove dapat menjadi bahan baku utama dalam pembuatan teh, bumbu pecel dan rempeyek," tuturnya.

ANTARA

Pola Kemitraan Optimalkan Rehabilitasi Mangrove

on Wednesday, May 24, 2017




Makassar - Pola kemitraan dapat didorong untuk mengoptimalkan rehabilitasi mangrove. Hal ini demi pemulihan mangrove kritis di Indonesia. Upaya rehabilitasi ini juga bisa disinergikan dengan rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) dan danau prioritas yang kondisinya terancam.
Mangrove adalah formasi tumbuhan daerah litoral yang khas di daerah tropis dan subtropis yang tumbuh pada tanah lumpur alluvial di daerah pantai dan muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Mangrove merupakan bagian integral dari sistem daerah aliran sungai (DAS). Luas mangrove di dunia adalah 15 juta hektare dan 30 persennya terdapat di Asia. Luas mangrove di Indonesia saat ini mencapai 3,4 juta ha atau 22 persen dari luas mangrove dunia, menempati urutan pertama terluas di dunia.
Ekosistem mangrove dengan kondisi baik dan sedang seluas 1,59 juta ha (46 persen), sedangkan yang mengalami degradasi mencapai 1,81 juta ha (54 persen).
Kepala Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDAS HL) Jeneberang Saddang Sulawesi Selatan, Muhajir, mengatakan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendorong rehabilitasi mangrove melalui pemberian bibit kepada kelompok tani atau masyarakat dalam program kebun bibit rakyat (KBR).
"Tahun 2017 ada 30 KBR, tiga hingga empat KBR di antaranya untuk rehabilitasi mangrove," katanya di kantor BPDAS HL Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (24/5).
Menurutnya, rehabilitasi mangrove penting untuk menahan infiltrasi air laut masuk ke darat, abrasi dan tsunami. Dampak positif lainya bisa dijadikan kawasan ekowisata dan meningkatkan populasi udang, kepiting dan ikan.
Dalam rehabilitasi mangrove, KLHK memberikan bantuan 25.000 bibit ke per kelompok tani atau masyarakat dalam setahun. Pembagian bibit ini pun harus bergilir bagi kelompok tani yang berbeda.
Terkait adanya keterhubungan rehabilitasi mangrove dan pemulihan danau dan DAS prioritas, Muhajir mengungkapkan perlu diawali dengan mengubah pola pikir (mind set) masyarakat, pemberdayaan dan kemitraan yang membawa manfaat. Kemitraan yang dimaksud bisa melibatkan BUMN atau pun pihak swasta.
Sementara itu, Kelompok Tani Sumur menjadi potret keberhasilan rehabilitasi mangrove di Desa Takalar, Kecamatan Mappakasunggu, Takalar, Sulawesi Selatan.
Rehabilitasi gambut tersebut diinisiasi Syarifuddin yang juga selaku pembina kelompok tani Sumur, Takalar sejak tahun 2001. Berbekal kredit uang Rp 18 juta, sarjana kehutanan ini mengawali kecintaannya pada lingkungan hidup dengan menanami mangrove di delta Takalar yang dulunya sangat gersang.
"Awalnya berat sekali. Dulu gersang tidak ada pepohonan," katanya di hutan mangrove Takalar, Sulawesi Selatan.
Saat pertama kali menanam, bapak empat orang anak ini melibatkan kerabatnya untuk membantu. Sebab kerja tanpa pamrih yang digelutinya akan sulit mengajak masyarakat lain karena tidak digaji.
Hingga akhirnya di tahun 2012, pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memberi bantuan bibit dalam program kebun bibit rakyat (KBR) dengan membantu memberikan 50.000 bibit.
"Hanya sedikit orang yang tahu manfaat hutan mangrove. Padahal banyak memberikan manfaat langsung dan tidak langsung," ucapnya.

Berita Satu

Apresiasi Festival Mangrove, Yusran Janji Rampungkan Jembatan Wisata Bakau

on Friday, May 19, 2017


Suksesnya pelaksanaan Festival Mangrove Penajam 2017, mendapat sambutan serta apresiasi Bupati Penajam Paser Utara (PPU) Yusran Aspar. Dikatakannya, kegiatan ini secara otomatis dapat dikatakan sebagai gerakan masyarakat guna pemeliharaan tanaman bakau di daerah, sekaligus mempertahankan stabilitas lingkungan dan pelestarian alam.
Festival tersebut kata Yusran, menghasilkan salah satu output positif, dengan upaya menjadikan daerah sebagai kota layak huni, layak investasi, dan layak wisata. Maka dari itu, pemerintah pun akan meneruskan pembangunan jembatan titian mangrove di ekowisata hutan bakau, dengan panjang mencapai 500 meter ke arah Pantai Gusung.
Selain itu, Festival Mangrove menurutnya tidak hanya mengajak masyarakat merawat alam dengan menanam bakau, namun turut memberikan pemahaman tentang manfaat bakau yang juga memiliki nilai ekonomi cukup tinggi.
"Atas nama pemerintah daerah, saya sangat mengapresiasi kegiatan ini dilaksanakans ebagai bentuk kontribusi positif terhadap pembangunan daerah. Mengingat PPU kedepan harus mampu menjadi daerah yang lebih baik dan layak, baik untuk ditinggali, investasi, hingga potensi wisata yang bisa dimaksimalkan," ungkap Yusran Aspar.
Sebelumnya, Festival Mangrove Penajam, digelar mulai tanggal 13-16 April 2017. Kegiatan yang baru pertama kali dilaksanakan ini sebagai ajang promosi dan kampanye pelestarian ekowisata hutan mangrove di Kabupaten PPU.
Kegiatan yang mengangkat tema “Seribu Aksi Mangrove untuk Negeri”, turut digelar acara penanaman 1.000 bibit mangrove, soft launching lokasi ekowisata, pentas seni budaya Paser, dan pameran komunitas-komunitas lokal PPU.
terlebih keindahan hutan bakau PPU masih alamai. Pengunjung dapat melihat kera ekor hitam, bekantan (jenis kera hidung panjang), berbagai jenis burung dan kepiting serta biota lainnya di objek wisata bakau itu. Sehingga menjadi potensi apik yang bisa dikembangkan dengan lebih maksimal.

KLIK PENAJAM

MENGENAL Mashadi, Penyelamat Mangrove di Pesisir Pantura

on Sunday, May 14, 2017

 
 
Mashadi dapat penghargaan dari Presiden Jokowi melalui prestasinya sebagai penyelamat lingkungan hidup di Pantura 


Di Rembang, ada kakek Suyadi (77) yang berjuang selama 40 tahun lebih menanam dan merawat mangrove atau hutan bakau di pesisir pantai Rembang. Sama- sama berjuang 'melawan' abrasi, di Brebes ada penyelamat lingkungan bernama Mashadi (46).
Warga Desa Pagejugan, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebesitu sudah 12 tahun terakhir menanam dan merawat mangrove di pesisir laut Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah, di Desa Kaliwlingi, Brebes.
Usahanya itu pun diganjar penghargaan tertinggi di bidang pelestarian lingkungan hidup. Berkubang di lumpur untuk menanam mangrove mangantarkannya meraih penghargaan Kalpataru yang diberikan Presiden Joko Widodo pada 2015 lalu.
Seperti halnya kakek Suyadi sang "Profesor Mangrove" dari Rembang, Mashadi juga punya julukan sebagai "Penyelamat Mangrove" dari Brebes.
Menginjakkan kaki di pesisir Pantura Brebes pada 1995 dengan rasa prihatin. Ribuan hektare tambak warga sekitar hilang diterjang abrasi. Abrasi sudah merusak tambak warga seluas 1.100 hektare saat itu.
Hasil budidaya udang windu pun turun drastis. Perekonomian warga yang bergantung pada budidaya udang goyang. Sumber penghidupan mereka satu-satunya pun terancam sirna.
Tahun 2000, kondisi abrasi semakin parah, sejumlah rumah warga sudah tergenang air laut. Mashadi pun mulai mengajak masyarakat untuk sadar atas kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggal dan lahan nafkah mereka.
Baru pada 2005, sejumlah warga menerima ajakan Mashadi untuk menyelematkan tanaman garda terdepan dari daratan pantura Brebes itu. "Awalnya memang susah mengajak dan meyakinkan warga bahwa menanam mangrove sangat berguna bagi kehidupan mereka beberapa tahun mendatang," kata Mashadi, kemarin.
Beruntung, masih ada segelintir orang yang mau mendengarkannya dan bersedia bergabung. Saat ini, sudah banyak warga yang mau berjuang bersamanya. Sejak itu, dinginnya lumpur dirasakan kaki ayah tiga anak itu setiap harinya.
Ia bertekad merehabilitasi hutan mangrove melalui penanaman bibit mangrove. Saat ini, sudah ada sebanyak 3,35 juta pohon mangrove yang ditanam di areal sekitar 210 hektare di wilayah pantai Brebes.
Menurutnya, banyak manfaat yang diperoleh dari penyelamatan pesisir dengan mangrove. Terjaganya wilayah pesisir dari abrasi yang selalu mengancam lahan budidaya perikanan di pantura Brebes.
 
Usahanya kini juga mulai dilirik berbagai pihak, khususnya para peneliti perguruan tinggi dari dalam negeri maupun luar negeri. "Berdasarkan penelitian, adanya mangrove membuat kondisi air tambak semakin membaik. Jumlah biota laut yang hidup di sekitar hutan mangrove meningkat," jelasnya.
Bahkan, kata dia, dengan adanya hutan mangrove itu juga membuat kualitas udara yang ada di sekitar lebih bersih dan sejuk.
Kehadiran mangrove di pesisir Pantura Brebes itu juga 'mengundang' berbagai hewan, semisal burung, dan kura-kura. Hal itu jauh berbeda dengan abrasi yang menerjang daerah itu beberapa tahun lalu.
Mashadi dan sejumlah tokoh masyarakat setempat juga membentuk Satuan Tugas Penjaga Segara untuk melindungi kawasan hutan mangrove. Selain itu, suami Muryanti (38) itu juga menjadikan kawasan mangrove menjadi kawasan wisata.
Dibentuklah Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dewi Mangrove Sari. Wisatawan dapat menikmati hamparan ratusan hektare mangrove menggunakan perahu.
Berbagai penghargaan yang diterima Mashadi bukan akhir dari perjuangannya. Ia ingin mengubah kehidupan masyarakat Brebes lebih baik. Perjuangannya pun masih berlanjut lantaran masih ada lahan yang belum ditanami mangrove. Ia menargetkan, lahan seluas 1.100 hektare yang terdampak abrasi akan kembali pulih dengan ditanami mangrove selama 35 tahun.
"Kalau abrasi tidak ditangani, rob bisa sampai jalanan pantura. Jalan pantura bisa tenggelam 10 tahun lagi jika mangrove tidak dapat direhabilitasi," kata pria yang juga Wakil Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Brebes itu.
Saat ini, sudah banyak perusahaan dan donatur yang mau memberikan sumbangan pohon mangrove dan menanamnya.

Tribun Jateng

KEREN, Demak Punya Tiga Destinasi Ekowisata Mangrove yang Segera Diresmikan

on Sunday, May 7, 2017

Bupati Demak meresmikan pembangunan jalan beton di wilayah pesisir Wedung, untuk meningkatkan perekonomian di wilayah tersebut beberapa waktu lalu

DEMAK - Bupati Demak, M Natsir akan meresmikan 3 destinasi ekowisata Mangrove di Kabupaten Demak. Hal itu di paparkan, Minggu (7/5/2017).
"Rencana 10 Mei nanti akan kami resmikan tiga tempat itu adalah di Desa Kedung Mutih, Babalan, dan Berahan Wetan," jelas Natsir kepada Tribun Jateng.
Tiga lokasi tersebut akan melengkapi satu eko wisata lainnya yang sudah dikembangkan yakni di wilayah Morosari. Natsir mengungkapkan eko wisata memang potensial untuk wilayah pesisir Demak.
"Tujuan kami memang selain mencegah abrasi di pantai utara juga menjadi alternatif sumber mata pencaharian bagi warga sekitar," terang pria dengan background pengajar tersebut.
Pihak pemkab memang sedang memberi alternatif mata pencaharian bagi masyarakat pesisir. Hal itu karena pertanian padi mulai susah diandalkan di wilayah pantai utara Demak.
"Jadi konsep eko wisata ini semacam sekali mendayung dua pulau terlampaui, wilayah pesisir juga akan terjaga dari abrasi pantai, tapi juga bisa untuk pariwisata dan pembelajaran soal Mangrove," bebernya
Oleh karena itu ia mengungkapkan tidak menutup kemungkinan nantinya akan bertambah lagi lokasi serupa di daerah lain di pantura Demak.

TRIBUN NEWS

Rayakan Hari Jadi Kota, Lepas 724 Ekor Kepiting Bakau

on


SURABAYA – Sudah jatuh, tertimpa tangga. Kondisi tersebut, sepertinya, menggambarkan apa yang dialamiSembilan siswa SMPN 3 Surabaya duduk rapi di sebuah perahu. Tidak untuk berlibur menyusuri Kali Wonorejo, melainkan memainkan perangkat musik karawitan.

Mereka hadir di salah satu dermaga Mangrove Information Center (MIC) Wonorejo untuk menjadi pengiring acara puncak. Di dermaga itu pula, lima boks styrofoam berisi ratusan kepiting berjejer. Petugas dari Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Kelas I Surabaya I terlihat sibuk menata kepiting tersebut. Pelepasan kepiting bakau yang masih berusia dini tersebut menjadi agenda utama kegiatan Gemar Makan Ikan (Gemarikan).

Pelepasan kepiting juga hasil kerja sama dinas ketahanan pangan dan pertanian (DKPP) dengan BKIPM. Kepiting yang akan dilepas tersebut merupakan hasil operasi BKIPM. Kepiting itu tidak bisa dijual karena ukurannya masih di bawah standar. Yakni, panjang kurang dari 15 sentimeter dan berat kurang dari 200 gram. ”Saya berharap bukan hanya kali ini. Tapi seterusnya bisa kerja sama untuk pelepasan kepiting,” ujar Djoestamadji, kepala DKPP. Dia mengawali pelepasan hewan dengan nama ilmiah Scylla tersebut. Dengan menggunakan sarung tangan merah, satu per satu kepiting dikeluarkan dari boks. Jumlah sarung tangan yang terbatas memaksa beberapa tamu hanya memakai satu sarung tangan. Alhasil, capit kepiting masih bebas menari, bahkan melukai tangan.

Berdasar hasil riset dari Universitas Hang Tuah, wilayah MIC merupakan habitat yang cocok bagi pengembangan kepiting. Penangkapan liar kepiting masih sedikit. Jadi, kepiting bisa berkembang biak dengan baik. Selain ketersediaan lahan bakau yang cukup, sedimentasi di kawasan itu juga kecil. ”Ini dinamakan proses restocking,” ujar Nurmalasari, peneliti dari Universitas Hang Tuah.

Dengan restocking itu, diharapkan Surabaya mampu menjadi penghasil kepiting bakau. Selain itu, hasil kepiting yang melimpah akan berpengaruh pada harga yang lebih murah. ”Kalau murah, daya beli masyarakat akan meningkat,” terang Djoestamadji.

Saat ini konsumsi ikan di Surabaya masih rendah. Angkanya 33–34 kilogram per kapita per tahun. ”Jawa Timur sudah di angka 35 kilogram per kapita per tahun,” jelasnya. Gemarikan menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan konsumsi ikan di kalangan masyarakat Surabaya.


JAWA POS

Setiap Tahun, Hutan Bakau Inhil Diserbu Ribuan Blekok Asia

on Saturday, May 6, 2017


INDRAGIRI HILIR - Hamparan hutan Bakau seluas 1.000 hektare di Pulau Cawan dan Basu Indragiri Hilir, Riau menjadi daya tarik persinggahan migrasi gerombolan ribuan ekor Burung Blekok Asia pada musim kawin dan bertelur.
 
"Blekok Asia ini datang di kisaran bulan Februari-April," kata Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata Inhil Haryono Karim di Tembilahan, kemarin. 
 
Blekok Asia Migrasi ke daerah ekuator saat memasuki musim kawin dan bertelur. Karena daerah asalnya China dan Siberia pada waktu tersebut sedang mengalami musim dingin.
 
"Pantai dan hutan Bakau Inhil dekat dengan ekuator, selain miliki kedalaman lumpur yang baik menjadi habitat berbagai jenis ikan ini daya tarik persinggahan Blekok Asia di kawasan hutan Bakau Inhil," tuturnya.
 
Terutama Pantai Solop Pulau Cawan dan Basu setiap tahun disinggahi ribuan ekor burung yang katanya mirip Burung Kedidi hanya agak lebih besar.
 
Bahkan tidak jarang usai musim kawin dan bertelur burung Blekok Asia ini beberapa ekor tertinggal dari rombongannya saat migrasi ke Australia. Namun kemudian akan kembali kerombongan musim berikutnya tiba.
 
"Kemarin saya jumpai di Pulau Cawan ini ada lima ekor Blekok Asia yang kececer dari gerombolannya dan tetap di kawasan Bakau Pulau Cawan dan Basu hingga musim berikut tiba untuk bergabung," urainya.
 
Menurutnya, ini satu keberuntungan bagi habitat Bakau Pulau Cawan dan Basu karena menambah khasanah hewan langka.
 
"Kececernya unggas asal Siberia yang tiap musim bermigrasi ke Australia ini pun sempat berkembang biak di Hutan Bakau dan akan kembali lagi kepada gerombolannya saat mereka tiba musim tahun depan," tegasnya.
 
Blekok Asia juga mengumpulkan pakannya dari kawasan pantai pasang surut Inhil. Sebab di daerah itu banyak terdapat jenis ikan dan kerang.
 
"Makanya jenis burung laut ini betah mampir ke mari karena banyak pakannya yakni ikan segar," jelas Haryono Karim yang memang banyak tau tentang ekologi karena pernah berdinas cukup lama di Badan Lingkungan Hidup (BLH) Inhil.
 
Keberadaan burung migrasi ini menambah keunikan Pantai Solop menjadi bagian Bakau Pulau Cawan. Pantai yang memiliki pasir dibentuk oleh triliunan kulit binatang laut menepi saat pasang surut terhimpun seakan terperangkap oleh lumpur semula, sehingga menjadikannya sebuah fenomena alam yang sangat unik.
 
Hamparan fosil binatang laut yang membentuk pantai indah asri di Solop itu, juga tak kepalang karena panjangnya tiga kilometer.
 
Dengan kondisi bentukan pasir dari fosil kerang Inilah maka Pantai Solop juga dinamakan dengan Pantai Seresah, yaitu pantai yang dibentuk dari fosil binatang seperti kerang, siput, senteng, lokan dan berbagai jenis lainnya.

RIAUONE

Ada Tempat Wisata Baru di Kabupaten Langkat, Namanya Wisata Mangrove Lubuk Kertang

on Thursday, May 4, 2017

Pemandangan saat memasuki jantung hutan Mangrove di kawasan Wisata Mangrove, di Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat.

BINJAI - Desa Lubuk Kertang yang dulunya rusak parah kini menjadi kawasan wisata baru. Kawasan yang dulunya hutan ini kini menjelma menjadi hutan mangrove yang subur dan indah.
Sepuluh tahun yang lalu, warga desa setempat sepakat untuk mengembalikan fungsi kawasan hutan sebagai tempat Biota laut dan tempat berkembangnya mangrove.
Memasuki kawasan tersebut, wisatawan akan disuguhi hamparan mangrove hijau nan cantik. Tulisan selamat datang, seakan menyambut wisatawan yang hendak memasuki kawasan wisata hutan mangrove itu.
Dengan luas lahan sekitar 100 hektar, kawasan ini dulunya adalah kawasan yang rusak parah akibat pembalakan liar. Sedihnya, mereka meninggalkan lokas tanpa melakukan penanaman kembali.
Ketua kelompok tani Mekar, Desa Lubuk Kertang, Dian Batubara, Rabu (3/5/2017), mengatakan keinginan mereka untuk melestarikan hutan mangrove karena merasa sedih melihat kerusakan kampung mereka.

TRIBUN NEWS

Belajar dari Kearifan Tanaman Mangrove yang Hanya Memberi Tak Harap Kembali

on


Reportase Anang Pujimanto
Staf TU SD Muhammadiyah 4 Surabaya
MANGROVE adalah kelompok tanaman yang ada di garis pantai dalam jangkauan pasang surut air laut dan di dalam hutan mangrove bisa terdapat 202 jenis tanaman. Demikian paparan Soni Muchson, Ketua Kelompok Tani mangrove Surabaya saat pembelajaran hutan mangrove bersama siswa kelas VI SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Pucang Surabaya, di aula Din Syamsudin, Kamis (20/4/2017).
Soni Muchson mengimbuhkan, mangrove berfungsi sebagai penahan abrasi dari gempuran ombak dan tsunami, sebagai filter resapan air laut ke darat.
"Kalau tak ada mangrove air akan terasa asin, karena mangrove juga penyerap karbondioksida, memproduksi oksigen, dan penyedia makanan bagi biota laut,” urai Soni.
Indonesia, sebut Soni, memiliki garis pantai dengan panjang hampir 100.000 km dengan jumlah pulau lebih dari 17.000. Dengan kondisi itu Indonesia memiliki hamparan mangrove terbanyak. "Hampir 25 persen mangrove di dunia ada di Indonesia yang tumbuh di tambak, muara sungai, laguna, delta, dan pantai," sebutnya.

Untuk itulah menjaga kelestarian mangrove sangatlah penting, karena mangrove memiliki banyak fungsi utama bagi lingkungan, sehingga kelestarian harus dijaga.
Di antaranya, menanam mangrove sesuai tempat hidupnya, tak memanfaatkan kayu mangrove, mengingat akhir-akhir ini kayu tanaman mangrove banyak dipakai sebagai bahan membuat chip semikonduktor.

Mangrove merupakan anugrah Tuhan yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin, karena itu Soni mencanangkan gerakan ayo memetik mangrove, bukan menebangnya.
Pria kelahiran Bojonegoro itu menerangkan manfaat lain tanaman sebagai bahan makanan yang bisa diolah menjadi tepung pengganti beras yang rendah gula dan tinggi serat, dibuat menjadi berbagai macam kue kering, jenang.

Bahkan, bisa untuk pewarna batik, untuk obat herbal, menurunkan gula darah, obat untuk penyakit hepatitis, kosmetika, serta untuk wahana penelitian dan eduwisata.

Soni bahkan berhasil menemukan, buah dari tanaman mangrove bisa diolah menjadi sirup mangrove, dan sudah mendapat sertifikasi dari Kementerian Kesehatan sejak 2007.

Pelajaran paling mengesankan bagi para siswa saat Soni mengajarkan proses pembuatan sirup, mulai dari mengupas buah,  menyiapkan bahan untuk direbus hingga menjadi sirup siap minum.
“Sirup dari bahan tanaman mangrove ini cukup aman dan mudah dibuat, anak-anak pasti bisa membuatnya sendiri di rumah,” ujarnya di akhir pembelajaran tematik lingkungan di luar kelas.
“Selain pembelajaran teori di dalam kelas, siswa Mudipat Pucang Surabaya ini juga menerima pelajaran di luar kelas, sekolah mendatangkan pemerhati lingkungan yang ahli tentang mangrove,” imbuh Ustadz Edi Purnomo, Humas SD Muhammadiyah 4 Surabaya.

SURYA

Ada Hutan Bakau Raksasa di Pedalaman Riau!

on Wednesday, May 3, 2017



Hutan mangrove raksasa di Pulau Cawan (Chaidir/detikTravel)

Indragiri Hilir - Ada yang unik di Kabupaten Indragiri Hilir. Ada hutan mangrove berukuran besar-besar. Diameter pohonnya sampai 40 cm.

Lokasi kawasan mangrove ini tepatnya berada di Pulau Cawan, Kecamatan Mandah, Kab Inhil. Pulau Cawan ini berada di semenanjung pantai timur Sumatera. Perjalanannya yang ditempuh dari Pekanbaru menuju Tembilahan, Ibukota Inhil dengan jalan darat sekitar 8 jam perjalanan.

Memang, untuk menuju kawasan mangrove ini, dari Kota Tembilahan masih menyambung dengan kapal motor dengan perjalanan sekitar 1 jam 30 menit. Perjalanan dengan kapal motor menelusuri selat dengan airnya yang keruh.

detikTravel berkesempatan menginjakan kaki ke Pulau Cawan ini bersama Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, Bupati Inhil, HM Wardan bersama Kapolres Inhil, AKPB Dolifar Manurung, dan Kadis Pariwisata Provinsi Riau, Fahmizal, pada Minggu (30/4/2017).


Mangrove yang lebat (Chaidir/detikTravel)

Ketika kapal motor merapat di Pantai Cawan, berjejer rumah-rumah panggung masyarakat setempat menghadap pantai. Khas bahasa Melayu sangat terasa di sana.

Rombongan disambut makan siang dengan hidangan ikan laut hasil tangkapan masyarakat. Ada udang, ikan, serta kelapa muda yang tersedia.

Usai santap makan siang, melanjutkan jalan-jalan di atas jalur tracking yang terbuat dari kayu selebar satu meter dengan tinggi dari permukaan rawa gambut sekitar 75 cm. Tracking yang ada ini, merupakan program dari Kementerian Kelautan dan Perikanan sepanjang 2 km dan 300 meter dibangun Pemprov Riau.

Memasuki kawasan hutan bakau, sungguh pemandangan yang tak terlupakan. Batang mangrove menjulang tinggi mencakar langit. Terik matahari terbendung oleh rimbunnya pohon bakau tersebut.

Jalur tracking (Chaidir/detikTravel)

Hukan bakau nan tumbuh secara alami ini menyejukan mata saat memandang. Uniknya, pohon-pohon bakau ini tumbuh bagai raksasa dengan lingkaran pohon mencapai rata-rata 40 cm. Padahal umumnya, pohon bakau hanya memiliki lingkaran 20 cm.

"Kami belum pernah melakukan penelitian soal bakau ini di Riau. Tapi kemungkinan, pohon bakau di pulau Cawan ini bisa disebut paling terbesar di Riau," kata Kabid Pariwisata Kab Inhil, Hariono Karim kepada detikTravel.

Selain pohon bakau yang menjulang tinggi, akar-akarnya menggurita juga menjadi pemandangan yang asyik. Di traking yang tersedia di sana, kita bisa mengikuti sejumlah ruas untuk melihat bakau tersebut.

Ada juga tersedia toilet, serta menara yang dibangun dari batang kayu menjulang tinggi. Menaiki tapak tangga di atas menara itu, menjadi pemandangan yang cukup indah untuk melihat hutan mangrove.

Aneka jenis mangrove yang ada (Chaidir/detikTravel)

Di kawasan hutan mangrove ini, tercatat ada 12 jenis pohon bakau. Jenis-jenis bakau itu adalah Perepat (Sonneratia alba), Teruntum Merah (Lumnitzera littorea), Kedabu (Sonneratia ovata), Piyai (Acrostichum aureum) Buta-buta (Excocaria agalioca), Nyirah Batu (Xylocarpus moluccensis), Bakau (Rhizophora apiculata), Langgadai (Bruguiera parviflora), Ketapang, Teruntum Putih (Lumnitzera lacemosa), Nyirah (Xylocarpus granatum), Api-api (Avicennia alba).

Di kawasan mangrove ini juga terdapat spesies burung. Ada burung bangau kambing, blekok, bangau putih, elang bondol. Ada juga ular piton, dan ular kobra.

Setiap hari libur masyarakat dari Kab Inhil serta sejumlah kampus yang ada di Pekanbaru sering melakukan kunjungan di sana. Rata-rata setiap hari libur pengunjung lokal yang datang antara 100 sampai 300 orang.

"Namun kita menutup kawasan ini pada jam 5 sore. Karena rimbunnya bakau, membuat jam lima sore itu sudah tampak gelap," kata Hariono.

Menara pandang (Chaidir/detikTravel)

Di Pulau Cawan ini, ada sekitar 200 kepala keluarga (KK) yang hidup di sana. Khusus di sekitar kawasan hutan mangrove, hanya ada sekitar 27 KK. Kesehariannya, masyarakat hidup sebagai nelayan.

Untuk penerangan, mereka tidak memiliki aliran listrik dari PLN. Pemprov Riau membang tenaga listrik dari surya. Listrik tenaga surya inilah menjadi andalan masyarakat di sana.

Setelah puas berjalan-jalan di kawasan hutan bakau, kita bisa memanjangkan mata sebentar duduk santai di tepi Pantai Solop. Walau pantai ini tidaklah begitu menarik, namun masih bisa untuk rehat sejenak menikmati air pantai yang keruh itu. Anda penasaran ingin melihat raksasa mangrove, tidak ada salahnya bertualang ke Kab Inhil. 

DETIK TRAVEL

Pulau Cawan punya bakau-bakau terbesar di Riau

on


Tembilahan (ANTARA News) - Desa Pulau Cawan di Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir, memiliki pohon-pohon bakau terbesar di Provinsi Riau.

"Pulau Cawan kini miliki pohon bakau species Rhizophora apikulata berdiameter 40 centimeter," kata Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata Indragiri Hilir Haryono Karim kepada Antara di Tembilahan, Selasa.

"60 persen hutan bakau Pulau Cawan masih menyimpan pohon yang besar, beda dengan daerah lain, kayunya kecil-kecil," tambah dia.

Hamparan bakau di bibir pantai Pulau Cawan yang berlumpur membawa manfaat bagi biota pulau itu, termasuk aneka jenis ikan.

"Di sini bersarang pesut, ikan Senonggang yang beratnya mencapai enam kilogram per ekor, lalu ada Pari hingga berukuran15 kilogram," jelas Haryono.

Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir sudah menjadikan Pulau Cawan sebagai kawasan taman hutan rakyat (tahura).

 Warga setempat, menurut dia, memiliki aturan mengikat yang melarang penebangan pohon untuk tujuan komersial. Mereka hanya boleh menggunakan pohon bakau yang sudah tumbang atau mati untuk membangun rumah dan titian jalan.

"Makanya di sini banyak terdapat usia bakau sudah ratusan tahun karena (ada) komitmen bersama untuk melestarikannya," kata Haryono.

Haryono menjelaskan Pulau Cawan yang hanya didiami puluhan keluarga itu memiliki pohon bakau spesies Rhizophora apikulata dan Rhizophora mucronata.

"Jika dibandingkan hutan bakau yang tersebar di wilayah pantai Indonesia lainnya sangat berbeda karena hanya memiliki rata-rata diameter 20-30cm," katanya tentang besar pohon-pohon bakau di Pulau Cawan.

Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman mengatakan potensi Pulau Cawan luar biasa.

"Kita disuguhi ikan Senonggang dengan berat enam kilogram per ekor lalu ada pari 15 kilogram. Ini luar biasa karena tidak semua wilayah Sumatera memiliki kandungan laut yang seperti itu", kata gubernur yang biasa disapa Andi itu.

Pemerintah Provinsi Riau, ia mengatakan, membantu mengembangkan ekowisata di Pulau Cawan, merancang pembangunan infrastruktur pendukung yang dibutuhkan untuk keperluan itu.

Pulau Cawan juga memiliki pantai Solop, yang menjadi lebih dikenal setelah mantan Gubernur Riau Rusli Zainal menyanyikan lagu "Pantai Solop".

"Wilayah ini akan kita kembangkan jadi wisata khusus alam dan penelitian," kata Andi.

"Pulau Cawan ini targetnya wisatawan khusus, lihatlah bakaunya dengan lilitan akar mengular dan sudah berusia ratusan tahun, ini unik tidak ada di tempat lain," katanya.

Bupati Indragiri Hilir HM Wardan mengatakan pemerintah kabupaten juga berencana mengembangkan wisata Pulau Cawan, yang memiliki hutan bakau 1.000 hektare.

Menurut Wardan HM Pemkab kedepan mulai melirik kawasan ini untuk dijadikan pengembangan ekowisata.

"Kami nantinya akan sediakan banana boat, akan dilengkapi dengan sarana olahraga dan lainnya, kami juga upayakan untuk mempertahankan mangrove, bakau," tuturnya.

"Di sini juga ada sungai, bisa saja kita adakan perlombaan mendayung sampan untuk menarik wisatawan," kata Wardan.

Ia membuka pintu bagi investor yang ingin menanamkan modal untuk bisnis wisata di Pulau Cawan.

"Kami persilakan dan terbuka kepada siapa saja yang ingin berinvestasi di wilayah ini sepanjang sesuai dengan upaya pengembangan dari pemerintah," kata dia.

ANTARA

Warga Sampai Geleng Kepala, TI Apung Merusak Bakau DAS Perimping Sudah Keterlaluan

on Tuesday, May 2, 2017

Sekitar 4-5 unit TI apung diduga beraktivitas di tepi DAS dan hutan bakau di depan Jembatan Perimping di Dusun Bernai Desa Berbura Kecamatan Riausilip, Selasa (2/5/2017) pagi.

BANGKA -- Sekitar 4-5 unit ponton TI apung berada di depan jembatan Perimping di DAS Perimping, diduga sedang melakukan aktivitas penambangan.
Pantauan bangkapos.com Selasa (2/5/2017), dua diantaranya, berada di dalam bakau pinggir sungai.
Beberapa warga juga terlihat menggunakan perahu menuju dan naik ke ponton-ponton itu.
Suara mesin TI apung terdengar dari arah tempat poton-ponton itu berada.
Warga yang melihat keberadaan TI apung di depan Jembatan Perimping tersebut, hanya menyebut satu kata, keterlaluan, sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Keterlaluan," ucap warga saat berhenti di Jembatan Perimping, ketika melihat beberapa unit TI apung yang berada di sisi kiri sungai dan bakau DAS Perimping, di wilayah Dusun Bernai Desa Berbura Kecamatan Riausilip, Selasa (2/5/2017).
Warga di sekitar DAS Perimping sebut saja namanya Man, mengungkapkan soal TI apung di depan Jembatan Perimping itu.
"Sudah sering TI apung beroperasi disitu (tepi sungai dan bakau DAS Perimping) di wilayah Dusun Bernai Desa Berbura, posisinya kan ada di samping dermaga nelayan Bernai juga," ujar Man.

BANGKA POS

Dari Total 32.000 Hektare Lahan Bakau di Jabar, 30.500 Hektare Rusak

on

Hutan bakau dalam kondisi kering dan rusak. (Foto mongabay.co.id)

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat sekitar 30.500 hektare hutan bakau di Provinsi Jawa Barat, saat ini mengalami kerusakan akibat sejumlah faktor.
“Dari total 32 ribu hektare lahan bakau di Jawa Barat, hanya 1.500 hektare yang kini dalam kondisi baik. Sisanya rusak,” kata Direktur Jendral Aliran Sungai dan Hutan Lindung Kemenentrian LHK, Hilman Nugroho di Bekasi, seperti dilansir Antara, Senin (1/5/2017).
Menurut dia, faktor utama kerusakan hutan bakau itu dipicu abrasi air laut yang merusak kondisi akar tanaman bakau yang minim pelestarian dari pihak terkait.
Salah satu lokasi terparah kerusakan bakau saat ini terjadi di sekitar kawasan pesisir Desa Pantaibakti, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi.
“Di sana sekitar 600 hektare hutan bakau yang kita tanam sudah rusak kondisinya akibat abrasi,” katanya.
Namun dirinya mengaku tengah berupaya mengembalikan kelestarian hutan bakau melalui program rutin kementerian serta pelibatan pihak swasta dalam upaya penanaman kembali bakau di kawasan yang rawan.
“Saya apresiasi niat pihak swasta, salah satunya PT Jababeka Infrastruktur dalam program penanaman 1.000 bakau di Desa Pantaibakti mengingat pentingnya upaya pelestarian tanaman itu bagi keberlangsungan ekosistem laut,” katanya.
Dikatakan Hilman, tanaman bakau memiliki multifungsi dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan sekitar.
Ia mencontohkan, bakau dapat menahan abrasi di laut, sehingga lahan dataran di pinggir pantai tetap aman, tak sampai terkikis air laut.
“Bakau juga bisa menyimpan makanan untuk ikan, oksigennya tinggi, serapan karbon, bahkan hasil panennya bisa untuk makanan, minuman, serta bahan baku kerajinan batik,” katanya.
Hilman juga mengajak sekitar 1.600 perusahaan di sekitar Muaragembong untuk melakukan hal serupa.
“Kalau sepuluh perusahaan bisa menanam untuk sepuluh hektare, maka persoalan hutan bakau di Jawa Barat selesai dalam waktu dua tahun,” katanya.

DEPOK POS

Menepis Mitos Hantu Bandar Bakau

on Monday, May 1, 2017


DUMAI - Selama ini, Dumai lebih dikenal sebagai Kota Pelabuhan dan Industri. Sebab kota yang berjarak sekitar 176 Km dari Kota Pekanbaru ini menjadi satu pusat industri di Pesisir Timur Sumatera. Namun di balik deru mesin industri dan aktifitas pelabuhan, ternyata Kota Dumai memiliki satu objek wisata yang siap menyapa nusantara.

Suasana sunyi dan jauh dari keramaian begitu terasa saat mengunjungi Bandar Bakau. Rombongan Safari Jurnalistik PWI tahun 2017 pertengahan April lalu sempat merasakan sensasi berbeda ketika mengunjungi Hutan Mangrove di Jalan Nelayan Laut, Kota Dumai. Jaraknya berkisar 3 Km dari Pusat Kota Dumai, bisa dicapai dengan kendaraan roda dua atau roda empat.

Apalagi akses jalan ke lokasi sudah cukup mulus. Di balik rimbunnya aneka jenis Pohon Bakau ini tersimpan Legenda Putri Tujuh. Kisah tentang Tujuh Putri Ratu Cik Sima dari Kerajaan Sri Bunga Tanjung memang melekat di lokasi tersebut.

Saat memasuki Kawasan Konservasi Bandar Bakau, para pengunjung diajak untuk melihat kembali sepotong kisah Pangeran Empang Kuala, yang punya kisah tragis di Bandar Bakau.

Setelah murka saat pinangannya ditolak satu dari Putri Tujuh, Mayang Mengurai. Ketika menyusuri titian di Situs Legenda Putri Tujuh tersebut, hamparan Hijau Daun Bakau ada di kiri dan kanan mengingatkan tentang kisah tapak peristiwa wafatnya pangeran peminang, yang berhajat terhadap Putri Tujuh itu.

Awalnya Sang Pangeran masuk dari Muara Sungai Dumai bersama pasukannya. Ternyata ketika sedang rehat di rindangnya Pohon Bakau, ia malah tertimpa Buah Bakau yang dikendalikan kekeramatan Jin. Jin yang bersemayam di Hulu Sungai Dumai atau dikenal dengan Bukit Jin. Kisah magis di Bandar Bakau tidak cuma itu saja.

Pengelola Bandar Bakau, Darwis Mohammad Saleh bertutur dulunya masyarakat sekitar pernah percaya Mitos Hantu Bandar Bakau. Sehingga orangtua di sekitar Jalan Nelayan Laut, Kelurahan Pangkalan Sesai, Kecamatan Dumai Barat tidak mengizinkan anak-anak bermain di sana.

Namun perlahan Mitos Hantu di Bandar Bakau itu sirna. Terutama ketika pria 47 tahun ini menggagas berdirinya Perpustakaan Intan Payung di dalam areal Bandar Bakau. Ajang kreatifitas juga kerap digelar di lokasi ini.

Seperti Sanggar Seni dan Sekolah Alam yang dipayungi Pecinta Alam Bahari (PAB). Sekolah Alam sendiri sudah digagas sejak Oktober 2010. Para siswa setiap hari Minggu diajak untuk lebih dekat dengan Alam. "Ada juga Festival Layang-Layang yang rutin digelar setiap tahun," ujar Darwis, akhir pekan lalu.

Bandar Bakau berupa hamparan hutan Mangrove ini memiliki luas mencapai 20 hektare hingga batas timpas surut terendah Muara Sungai Dumai. Padahal awalnya luas Bandar Bakau diakui Darwis hanya 2,5 hektare.

Areal Konservasi tersebut dideklarasikan pada tahun 1999 oleh sejumlah tokoh masyarakat bersama pemerintah daerah setempat, sebagai upaya Konservasi Bakau di Muara Sungai Dumai.

Posisi Bandar Bakau berhadapan langsung dengan Perairan Selat Rupat, Kabupaten Bengkalis. Maka pemandangan laut dan sejumlah kapal yang melintas jadi sensasi tersendiri ketika berkunjung ke Bandar Bakau. Apalagi tersedia titian yang menghadap laut.

Darwis mengatakan ada 24 jenis Bakau di lokasi tersebut. Kebanyakan jenis Xylocarpus granatum atau Nyiri Bunga. Selain itu ada juga Bakau Merah dan Bosing. Kemudian saat melangkah di Bandar Bakau mesti berhati-hati. Sebab cukup banyak Ular Bakau hidup di sini. Ada juga satwa lain seperti Kera Ekor Panjang, Burung Punai, serta Kepiting Bakau. Bila sedang beruntung sekumpulan Kera Ekor Panjang bisa ditemukan sedang bergelantungan.

Keunikan ini didukung suasana Bandar Bakau sangat sunyi. Jauh dari kebisingan Kota Dumai yang dikenal sebagai satu Kota Industri. Untuk menikmati suasana ini, tidak perlu merogoh kocek sangat dalam. Sebab setiap satu pengunjung hanya perlu membayar tiket masuk sebesar Rp 7.500 untuk dewasa dan Rp 2.500 untuk anak-anak.

Pihak Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Dumai sendiri telah menjadikan Bandar Bakau sebagai satu destinasi unggulan wisata di Kota Dumai. Bahkan pada ajang peluncuran Kalender Iven Wisata Provinsi Riau 2017 lalu di Kementrian Parwisata RI, Bandar Bakau sudah diusulkan menjadi satu destinasi unggulan di Bumi Lancang Kuning. Rencananya akan digagas Festival Bandar Bakau atau Festival Serampang Laut.

Apalagi dalam pengembangannya festival ini menggandeng Pelaku Seni dari Malaka, yang merupakan Negeri Jiran. Sembari berupaya meningkatkan ekonomi kreatif. "Nantinya kita akan minta dukungan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Terutama untuk upaya pengembangan," ujar Walikota Dumai, Zulkifli AS, beberapa waktu lalu.

Pria disapa Zul AS mengaku Bandar Bakau menjadi destinasi unggulan karena Dumai sebagai kawasan pesisir memiliki garis pantai mencapai 136 km. Sepanjang garis pantai ditumbuhi Hutan Mangrove atau Bakau. Secara keseluruhan ada 36 jenis Bakau yang tumbuh di Dumai.

Namun kawasan Hutan Bakau terpadu yang dikelola baru Bandar Bakau. Ada 24 jenis Bakau yang ada di Bandar Bakau. Di antaranya merupakan Bakau Endemis seperti Bakau Blukap, Bakau Api, Bakau Berembang dan lainnya.

"Jenis ini tidak terdapat di tempat lain. Maka mahasiswa kerap melakukan penelitian di sana. Bahkan terakhir dari Kementrian Kelautan dan Perikanan RI mereka mengapresiasi pengelolaan Bandar Bakau," ujarnya.

Lebih lanjut, pemerintah Kota Dumai berencana mengembangkan Bandar Bakau yang saat ini luasnya mencapai 20 hektare. Bahkan pemerintah kota berencana memperluasnya hingga ke Jalan Cendrawasih, Kelurahan Laksamana.

Apalagi posisinya berdekatan dengan Muara Sungai Dumai. Rencana ini seiring dengan rencana pemerintah kota mengelola kawasan sungai. Nantinya di Bandar Bakau akan disiapkan sejumlah sarana pendukung, sehingga pengunjung merasa nyaman.

Politisi Partai Nasdem ini mendukung pelestarian Bakau di Bandar Bakau bisa mencegah terjadinya abrasi. Apalagi bahaya abrasi masih mengancam pantai di Kota Pelabuhan. Setiap tahunnya Pantai Dumai mengalami abrasi hingga satu meter.

Kondisi ini jelas mengkhawatirkan, sehingga perlu dilakukan penamanan Bakau di kawasan pantai. "Kita tidak ingin abrasi terus menggerus pasir di Pantai Kota Dumai. Maka, butuh komitmen bersama untuk mencegah abrasi," ujarnya.

Menurutnya, lokasi pantai yang rawan abrasi berada di wilayah Medang Kampai. Untuk mengatasi abrasi, pihaknya berupaya untuk meminta bantuan pemerintahan pusat dan provinsi. Apalagi lokasi abrasi cukup banyak. Sehingga butuh dukungan semua pihak.

Maklum Bakau membutuhkan lokasi pembibitan. Setelah cukup umur, nantinya bakau tersebut akan ditanam di pinggiran pantai. Sehingga bisa mencegah terjadinya abrasi.

"Kita juga mengajak pihak perusahaan yang beroperasi di pinggir laut, untuk melakukan kegiatan serupa di sekitar lokasinya. Penanaman kembali bibit bakau bisa dilakukan lewat CSR," paparnya.

Selain mengunjungi Bandar Bakau, para pengunjung juga diajak untuk mengadopsi Pohon Bakau. Perwakilan Bidang Pariwisata Pecinta Alam Bahari (PAB), Ari Bakau mengatakan bahwa kegiatan ini termasuk dalam kegiatan di Bandar Bakau. Kegiatan rutin digelar bagi para siswa yang datang untuk belajar seputar Bakau.

Mereka juga diajarkan banyak hal, mulai dari ekosistem Hutan Bakau, aneka jenis Bakau hingga manfaat dari Bakau. "Bandar Bakau tidak cuma didatangi oleh para wisatawan. Tapi juga para siswa yang datang dari berbagai sekolah di Kota Dumai," terang Ari, terpisah.

Sebenarnya, di Bandar Bakau terdapat sekolah Sekolah Alam Bandar Bakau. Mereka belajar di tengah rimbunnya Hutan Bakau setiap pekan. Sekolah ini fokus pada program pelestarian lingkungan. Sehingga para siswa diajak untuk rutin melakukan penanaman Bibit Bakau.

Jumlah siswa Sekolah Alam Bandar Bakau ini mencapai 30 siswa. Sedangkan PAB kini beranggotakan 15 orang. Mereka kini fokus dalam upaya enghijauan dan budi daya Bakau,

Lewat upaya penghijauan ini, diprediksi luas Bandar Bakau bisa mencapai 30 hektare. Upaya penghijauan pun tidak cuma terpusat di Bandar Bakau. Tapi upaya penghijauan sudah dilakukan ke sejumlah pantai seperti Pantai Purnama dan Pantai Lubuk Gaung.
Sejumlah kegiatan juga digelar di Bandar Bakau. Di antaranya menabung di Bank Mangrove, ikut belajar Budidaya Bakau, serta melihat langsung proses rehabilitasi Hutan Bakau. Bahkan pengunjung bisa ikut mengadopsi Pohon Bakau.
Hal ini terlihat, ada sejumlah pohon yang memang ditanam oleh para pengunjung. Mereka yang ikut menanam bisa menyematkan nama di depan Bibit Pohon Bakau. Sebagai tanda ikut dalam pelestarian Bakau di Kota Dumai. Ketua Pecinta Alam Bahari (PAB), Darwis Mohammad Saleh mengatakan bahwa sejumlah wisatawan yang juga pecinta alam, terutama dalam luar negeri juga ikut menanam Bibit Bakau di lokasi konservasi.
Seperti dari Belgia, Swiss, Australia, Prancis, Amerika Serikat, Malaysia dan Thailand. Saat ini, Darwis bersama PAB terus berupaya mengembangkan titian untuk menyusur Bandar Bakau. Secara swadaya mereka melakukan pengendalian Limbah Kota. Baik berupa Limbah Otomotif, Limbah Kaca dan Limbah Kayu Sisa.
Sejak awal Januari 2016, mereka menggunakan Ban Bekas untuk menjadi tumpuan dari Titian menyusuri Bandar Bakau. Sedangkan Kayu Bloti dan papan menjadi pijakan dari Titian. Ada juga Aquarium bekas yang diupayakan sebagai wadah ikan endemik seperti Ikan Lopak.

TRIBUN PEKANBARU

Check Page Rank of your Web site pages instantly:

This page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service

Locations of visitors to this page