Mohammad Ali; Dari Mangrove Menuju Kemandirian

on Tuesday, December 9, 2014




Kawasan Tanjung Laut Indah di Bontang, Kalimantan Timur, sudah berubah banyak. Kalau tiga tahun lalu deretan mangrove masih pendek dan jarang, kini sejauh mata memandang tampaklah mangrove yang merimbun memagari pantai. Hanya dalam waktu lima tahun, sudah 170 hektar kawasan pesisir Bontang ditanami mangrove.


Terima kasih kepada Mohammad Ali (46), yang mulai merintis penanaman mangrove dengan 150 bibit Rhizopora sp, salah satu jenis tanaman mangrove. ”Waktu ibu ke sini dulu, tanamannya rata-rata baru umur dua tahun. Sekarang sudah lebat ya,” katanya sambil menunjuk sabuk hijau mangrove di kejauhan.

Bertahun-tahun menjadi operator alat berat, Ali masih melaut bersama temannya para nelayan. Ia menyaksikan bagaimana hutan mangrove ditebang dan merasakan ikan tangkapan semakin jarang. Maka, tahun 2009, ia mencoba membibitkan mangrove bersama istrinya. Kebetulan lurah tempat Ali bermukim mendapat info bahwa Syahbandar Pelabuhan Tanjung Laut, Bontang, perlu 1.000 pohon bibit. Dengan dukungan sang lurah, Ali membuat proposal kerja sama ke PT Badak LNG.

Bak gayung bersambut, PT Badak LNG datang dengan bantuan perahu ketinting, pra-net, polybag, dan pelatihan. Menyadari tak mungkin mencapai target sendiri, Ali membentuk Kelompok Tani Lestari Indah untuk mengerjakan pembibitan bersama- sama. Meski semula Ali dan kawan- kawan hanya bisa memenuhi permintaan syahbandar 700 bibit, dalam perjalanannya pembibitan mangrove ini berkembang pesat.

Tidak hanya mampu menyediakan 100.000 bibit mangrove per tahun untuk program penghijauan PT Badak LNG, Kelompok Tani Lestari Indah juga menyuplai kebutuhan Pemerintah Kota Bontang, Dinas Perikanan Provinsi Kaltim, dan berbagai lembaga swadaya masyarakat. Kawasan yang ditanami mangrove pun kian luas, membentang di seluruh pesisir Bontang.

Tidaklah mengherankan jika jumlah kelompok juga terus bertambah. Saat ini ada 16 kelompok tani pembibitan mangrove dengan total anggota 150 orang. Tiap-tiap kelompok mampu menyediakan bibit hingga 200.000 pohon per tahun. Tak hanya Rhizopora sp, mereka juga menanam Sonneratia ovata yang buahnya menjadi bahan baku sirup dan dodol serta Bruguiera gymnorrhiza yang menghasilkan tepung pengganti beras.

Sabuk hijau
Hutan mangrove tidak hanya menjadi sabuk hijau yang melindungi pantai dari abrasi, tetapi juga menjadi tempat pemijahan ikan dan biota laut lainnya. Dampaknya kemudian bisa dirasakan nelayan secara luas. Tidak perlu melaut jauh, mereka bisa menangkap ikan di kawasan bakau, bahkan kerang bakau yang besar-besar, kepiting, dan udang.

Kehadiran hutan mangrove ternyata juga memicu tumbuhnya kelompok baru: kelompok ibu-ibu pengolah hasil hutan mangrove. Dari pewarna batik, sirup, tepung, hingga dodol.

”Kalau pewarna batik dari rhizopora. Yang dikirim ke Surabaya hanya dipotong-potong dan dikeringkan, yang dipakai di Bontang sudah siap pakai dalam bentuk cair,” papar Ali.

Pengolahan pewarna batik dikerjakan sendiri oleh Kelompok Tani Lestari Indah, sedangkan pengolahan makanan dikerjakan oleh tiga kelompok berbeda. Ada Kelompok Tani Daun Harum, Wanita Pesisir, dan Karya Wanita, yang total beranggotakan 30 orang. Dengan demikian, secara langsung pembibitan mangrove rintisan Ali sudah menghidupi lebih dari 180 orang berikut keluarganya, dan manfaat tak langsung untuk ratusan nelayan lainnya.

”Istri saya dulu ikut di Lestari Indah. Tetapi sekarang dia lebih banyak di rumah mengurus si bungsu yang baru 2,5 tahun,” kata Ali yang memiliki lima anak.

Sumbangan tambahan PT Badak LNG berupa ruang Mangrove Information Center seluas 200 meter persegi menjadi tempat pembelajaran mangrove: dari pemahaman sampai pelatihan untuk berbagai pihak. Dari siswa sekolah hingga lembaga pemerintah.

Namanya juga Ali, aktivitas tersebut menelurkan peluang baru. Tamu yang hanya berkunjung sebentar sampai orang-orang yang belajar seharian tentu saja butuh makan. Maka, Ali mengajak para ibu yang belum tergabung dalam kelompok pembibitan dan pengolahan membentuk kelompok baru: katering.

Ia memang bersemangat mengajak para ibu karena hasilnya langsung buat keluarga. Pernah ada suami-suami yang ikut, tetapi karena uangnya dipakai untuk judi, mereka tidak boleh ikut lagi. Buat Ali, yang terpenting uang bisa digunakan untuk pendidikan.

”Anak-anak saya, juga anak-anak lain di kampung sini, harus sekolah setinggi mungkin. Jangan seperti saya dan kebanyakan orangtua yang cuma lulusan SD,” tuturnya.

Terus berkembang
Siang itu kelompok katering menyiapkan makan siang berupa ikan bakar, kerang, telur asin, bebek kecap, sayur sop, dan berbagai lalapan. Sebagian besar berasal dari usaha sendiri, termasuk telur dan bebek. Di pembibitan itu, ada 200-an bebek yang gemuk-gemuk karena makan hama siput.

Bebek dijual ke kelompok katering dengan harga pasar, juga ikan kerapu putih, kakap merah, dan baronang hasil dari keramba. Jadilah kelompok- kelompok ini saling mendukung dan menghidupi.

Sambil memilihkan sepatu bot untuk berkeliling kebun pembibitan, Ali menunjuk enam deretan dangau beratap biru. Dangau-dangau itu persiapan untuk ekowisata mangrove dan pemancingan. ”Biru artinya dibangun dengan biaya dari usaha kami sendiri,” katanya.

M AliHanya satu yang beratap merah, bangunan pusat studi mangrove bantuan PT Badak LNG. Tidaklah mengherankan jika Kelompok Tani Lestari Indah mendapat beberapa penghargaan. Demikian juga dengan Kelompok Tani Daun Harum, pengolah sirup dan dodol, yang baru saja menjadi juara pertama Wirausaha Produktif Seluruh Kaltim, 2014. Kelompok Tani Karya Wanita hari-hari ini tengah mengikuti expo di Jakarta.

Apa lagi yang ingin dicapai Ali? Ia tengah bersemangat mengembangkan kawasan ekowisata yang bisa memadukan pembelajaran, pemancingan, dan kuliner sekaligus, yang kini sudah berlangsung 40 persen.

”Nanti kami lepaskan kakap bakau dan kerapu lumpur. Ikan yang kena pancing bisa dimasakkan kelompok katering. Kalau semua sudah jalan, mudah-mudahan makin banyak masyarakat sekitar terkena dampaknya sehingga makin sejahtera,” ujar Ali.



—————————————————————————

Mohammad Ali
Lahir: Bontang, 3 November 1968
Istri: Norma
Anak: Karmila, Jumlian, Fitriani, Nurlina, Mohammad Rahman
Pengalaman kerja:
– Operator alat-alat berat
– Merintis usaha pembibitan
– Ketua Kelompok Tani Lestari Indah
Penghargaan:
– Harapan II Penghijauan dan Konservasi Alam Wana Lestari dari Kementerian Kehutanan, 2011
– Kelompok Tani Pelestari Lingkungan dari Kotamadya Bontang, 2011
– Kelompok Tani Pelestari Lingkungan dari Kecamatan Bontang Utara, 2011
– Kelompok Tani Konservasi Mangrove dari Provinsi Kaltim, 2011
– Terbaik  Penghijauan dan Konservasi Alam, 2011

Oleh: Agnes Aristiarini

Sumber: Kompas,  8 Desember 2014

Awalnya dianggap Gila kini Jadi Tokoh Inspiratif

on Wednesday, May 28, 2014


Foto si Tries

Awalnya dianggap gila ketika mengorganisir anggota kelompoknya untuk memulai menanami  mangrove di lahan kritis di pantai Desa Nagalawan, kini pasangan suami isteri, Sutrisno (37)  – Jumiati (32) dianggap sebagai tokoh inspiratif.  Bersama kelompoknya masing-masing mendapat penghargaan di tingkat nasional  dan internasional. Kelompok Nelayan Cahaya Pagi, yang beranggotakan nelayan, di Desember 2013 ini memperoleh Juara Nasional  Adhi Bakti Bina Bahari) dari Direktorat Jenderal  Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk kategori pengendalian pencemaran dan kerusakan ekosistem. Sementara Jumiati   bersama dengan Kelompok Perempuan Muara Tanjung di tahun 2013 ini  telah menerima dua penghargaan bergengsi.   Di awal Maret 2013 memperoleh penghargaan dari organisasi nirlaba Inggris,  Oxfam sebagai pahlawan pangan perempuan  (Food Heroes Oxfam) Indonesia 2013.   Awal Desember 2013, Jumiati juga terpilih menjadi  salah satu tokoh perempuan inspiratif penerima award Tupperware She Can, atas upayanya dalam penguatan ekonomi dan pemberdayaan perempuan di desanya.

Sutrisno, di kalangan aktifis lebih dikenal dengan Tries Zamansyah berkisah bahwa yang coba mereka kembangkan adalah kewirausahaan sosial. Di tahun 2005, pasangan suami isteri ini memulai menanami pesisir pantai yang kritis dengan tanaman bakau. Bersamaan dengan itu Tries mengorganisir kelompok nelayan sementara isterinya mengorganisir pembentukan kelompok perempuannya. Kelompok yang terbentuk di nelayan diberi nama Kelompok Nelayan Cahaya Pagi, sementara kelompok perempuannya diberi nama Kelompok Muara Tanjung. Kedua kelompok ini selanjutnya menjalankan usaha bersama sebagai upaya membangun kemandirian. Kelompok Nelayan Cahaya Pagi mengelola usaha perikanan dengan membeli ikan dari anggota kelompok, yang keuntungan usaha menjadi keuntungan bersama.

Keuntungan ini dibagikan menjelang lebaran sebagai sisa hasil usaha (SHU). “Saat ini anggota tidak lagi pening untuk biaya lebaran” jelas Tries. Sementara, Jumiati bersama kelompok perempuannya mengelola usaha kerajinan termasuk mengelola makanan dan minuman  dari bahan baku mangrove. Saat ini, uang yang dikelola kelompok perempuan ini cukup besar yakni sekitar 200 juta rupiah.  Seiring dengan pertumbuhan mangrove,  di tahun 2009 kedua kelompok ini menjadikannya sebagai objek ekowisata yang menggabungkan wisata dan pendidikan lingkungan. Untuk pengelolaannya  membentuk wadah yang lebih besar yakni Kelompok Konservasi Mangrove Muara Baimbai.

bakround foto_wisata mangrove

Di belakang  pria  yang sukses, ada perempuan  yang  hebat. Dan begitu sebaliknya. Gambaran sukses dan hebat bisa diperoleh di pasangan suami isteri tersebut. Sama-sama berlatar belakang aktifis nelayan di Serikat Nelayan Sumatera Utara (SNSU)  dengan jumlah anggota yang sempat mencapai ribuan nelayan. Organisasi yang dengan cepat besar tanpa didukung basis ekonomi dan sumberdaya manusia yang mumpuni, dapat pula cepat pula ambruk saat mengalami dinamika  yang terkelola dengan baik. Ini diantara titik balik dalam kehidupan pasangan ini, dengan tekad terus membangun organisasi nelayan yang kuat ke depan, namun dimulai dari penguatan ekonomi dari lingkungan yang terkecil yakni Masyarakat Nelayan di Dusun III Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumut.  Desa Sei Nagalawan berdampingan dengan usaha milik PT Aquafarm Nusantara di Unit Serdang Bedagai.

Check Page Rank of your Web site pages instantly:

This page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service

Locations of visitors to this page