M.Thayeb, Penyelamat Lingkungan Hutan Mangrove di Sinjai

on Friday, May 21, 2010


Keberadaan dan fungsi hutan mangrove sudah banyak diketahui orang, tetapi masih sedikit pihak yang peduli mengupayakan pelestariannya. Namun tidak demikian halnya dengan Muhammad Thayeb. Dengan segala tekad dan ketekunan ia mengajak warga desa sekitar yang bermukim di pantai untuk bergerak merehabilitasi hutan mangrove agar lingkungan hidup mereka menjadi lebih baik, sehingga dapat meningkatkan taraf kehidupan mereka.

Adalah seorang tokoh masyarakat di desa Samataring Kecamatan Sinjai Timur Bernama M. Thayeb, sekitar tahun 1985 membentuk kelompok tani yang diberi nama ACI (Aku Cinta Indonesia) dan melakukan upaya penanaman pantai dengan mangrove. Thayeb dalam membina anggota kelompok taninya menerapkan tiga semboyan yaitu kesadaran, ketekunan dan keikhlasan. Pada tahap awal kelompok tani ini menanam 15 hektar dengan kerapatan tanaman 0,5 m x 0,5 m.

Penanaman pohon dilakukan secara bersama dengan melibatkan seluruh anggota keluarga yang telah dewasa, tidak hanya kepala keluarga. Pemeliharaan tanaman dibagi dalam berbagai blok yang dipelihara oleh satu kepala keluarga. Tahun demi tahun upaya ini terus dilakukan tanpa henti. Setelah berkiprah selama 10 tahun, kegigihan dan ketekunannya dalam upaya pelestarian lingkungan, berhasil mengantarkan M Thayeb memperoleh Penghargaan Kalpataru pada tahun 1995.

Tepatnya tanggal 8 Juni 1995 di gedung Sasono Langen Budoyo Taman Mini Indonesia Indah, dia menerima Penghargaan Kalpataru dalam kategori Penyelamat Lingkungan yang diserahkan langsung oleh Presiden RI yang ketika itu dijabat Soeharto.

Tidak hanya penghargaan kalpataru yang ia peroleh, kakek yang kini berusia 67 tahun dengan 7 anak dan 8 cucu ini, pernah juga menerima Penghargaan Pengelolaan Pesisir dan Lautan dari Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan 15 Mei 2000. Kebanggaan lain yang melengkapi kebahagiaan Thayeb yaitu ketika dia bisa menginjakkan kakinya di Istana Negara, yaitu ketika diterima Presiden Megawati pada Saresehan Penerima Kalpataru tahun 1980-2000 tanggal 24 Januari 2002.

Menginjak usia senja, kini M. Thayeb berperan sebagai penasihat pada kelompok tani yang didirikannya. Sesekali dia diminta untuk mengajari beberapa kelompok tani untuk menanam bakau di berbagai tempat baik di P. Jawa maupun di beberapa tempat lainnya. Bahkan ia pernah diminta mengajar penanaman mangrove selama 2 bulan di Timika, Papua. Dia berharap penerusnya akan tetap gigih dan konsisten melestarikan lingkungan khususnya lingkungan pantai di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka.
Karena dari lingkungan pantai yang terjaga kelestariannya itulah masyarakat pesisir dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Masyarakat Sinjai kini dapat menikmati buah dari kerja keras Thayeb dalam melestarikan lingkungan pantai. Saat ini, permukiman mereka telah bebas dari genangan air pasang dan gempuran ombak besar. Lingkungan mereka juga tidak mengalami kikisan pantai sehingga ekosistem mangrove dapat terjaga. Dengan keberadaan kawasan mangrove, masyarakat dapat dengan mudah memanfaatkan nener, benur alam, dan kepiting yang merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan untuk meningkatkan kesejahteraan.

Pada musim panen yang sekitar bulan Mei Juni mereka dapat menangkap kepiting sekitar 30 hingga 40 ekor per harinya. Sebagian masyarakat juga membudidayakan ikan bandeng dengan sistem tambak di antara mangrove. Dampak dari hutan tanaman bakau yang telah tumbuh dengan baik antara lain juga dirasakan masyarakat dengan adanya peningkatan kualitas air tanah sehingga sumur yang biasanya tidak bisa dipakai karena kadar garam yang terlalu tinggi, kini dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan MCK.

Dari pengamatan MKI secara visual di desa Samataring, tingkat kesejahteraan masyarakat desa ini yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya nelayan, sudah cukup baik. Sebagian besar rumah penduduk dibangun permanen dengan tembok dan kayu, penataan lingkungan seperti jalan dan pagar yang tertata rapi dan bersih, bahkan di beberapa rumah terlihat antena parabola.

Keberadaan Mangrove di Sinjai

Berdasarkan informasi yang didapat dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sinjai, wilayah pantai yang ditumbuhi mangrove di Kabupaten Sinjai terdapat di tiga kecamatan yaitu: Kec. Sinjai Utara, Sinjai Timur dan Kec. Tellulimpoe. Kondisi pantai yang terdapat di ketiga kecamatan tersebut terdiri dari dua kategori yaitu pantai berpasir dan pantai berlumpur. Jenis mangrove yang banyak dikembangkan adalah Rhyzopora sp dan Api-api (Avicenia sp).

Masyarakat di ketiga kecamatan tersebut telah lama mengenal dan menanam mangrove untuk mendukung dan menunjang kehidupan mereka. Secara tradisional masyarakat mulai menanam mangrove sejak tahun 1930-an. Pada awalnya mangrove mereka tanam sebagai pelindung permukiman mereka dari gempuran ombak dan terpaan angin kencang. Benih bakau mereka peroleh dari laut lepas ketika melaut. Melihat tanaman mangrove mendatangkan manfaat, semakin banyak masyarakat menanamnya.

Hingga tahun 2000-an masyarakat Kabupaten Sinjai berhasil menghutankan pantai seluas 843 hektar. Tegakan yang ada membentang sepanjang pantai dengan jarak dari bibir pantai ke arah laut mencapai satu kilometer sehingga memberikan kesejukan dan keindahan. Hingga kini pengembangan dan penanaman terus dilakukan oleh masyarakat baik secara swadaya maupun bantuan dari pemerintah Kabupaten Sinjai serta instansi kehutanan yang ada di provinsi Sulawesi Selatan.

Upaya dan jerih payah masyarakat Sinjai telah menciptakan suatu ekosistem mangrove yang berpotensi menjadi obyek studi serta obyek penelitian. Berbagai peneliti, studi dan lembaga pemerhati berkunjung, mempelajari, mengkaji serta meneliti ekosistem mangrove Kabupaten Sinjai baik dari dalam maupun luar negeri.

Hutan mangrove mempunyai peranan yang penting ditinjau dari sisi ekologis maupun sosial ekonomi. Secara ekologis hutan bakau merupakan tempat yang cocok untuk berpijahnya berbagai biota laut baik ikan, udang, kepiting, maupun kerang. Juga merupakan habitat yang baik bagi burung, reptil, insekta dan biota lainnya. Hutan bakau juga dapat mendatangkan keuntungan ekonomi bagi masyarakat di sekitarnya dengan mengusahakan tambak, baik tambak udang maupun tambak ikan bandeng. Secara fisik hutan mangrove menjadi zona penyangga dari intrusi air laut, melindungi pantai dari abrasi air laut, serta mendukung terbentuknya daratan baru

0 komentar:

Post a Comment

Check Page Rank of your Web site pages instantly:

This page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service

Locations of visitors to this page