HPSN 2017, Pemkab Tanam 1.000 Bibit Mangrove

on Monday, March 20, 2017


Sebanyak 1000 bibit mangrove bakal ditanam Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu, dalam rangkaian kegiatan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang jatuh pada 21 Februari besok.

Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu, Yusen Hardiman mengatakan, penanaman 1.000 bibit mangrove tersebut dilakukan pada dua agenda kegiatan. Pertama, saat perayaan HPSN tingkat provinsi di Konservasi Hutan Mangrove, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Selasa (21/2), di mana Pemkab Kepulauan Seribu menanam 120 bibit mangrove.
"Selanjutnya, kami akan menanam 880 bibit mangrove di taman nasional sisi barat Pulau Pramuka, dan dirangkai dengan berbagai kegiatan pada 25 Februari mendatang," ujar Yusen, Senin (20/2).
Selain menanam bibit mangrove, lanjut Yusen, rangkaian kegiatan HPSN tingkat Kabupaten Kepulauan Seribu juga diisi dengan acara bersih laut serta membagikan 50 dus cairan pembersih toilet dan 200 kantong sampah kepada pemilik homestay dan warga Pulau Pramuka.
"Kami berharap ada partisipasi langsung masyarakat dalam kegiatan ini sebagai pembinaan sekaligus menyadarkan masyarakat bahwa kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab bersama," tandasnya.

BERITA JAKARTA

1.500 Mangrove Cegah Longsor Tepian Bengawan Solo

on Friday, March 17, 2017


BOJONEGORO -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menanam 1.500 pohon mangrove di tepian Bengawan Solo di Desa Kanor Kecamatan Kanor untuk mengamankan tanggul dari ancaman longsor.

"Penanaman pohon mangrove dipilih di tepian Bengawan Solo di Kanor, karena tanggul Bengawan Solo di daerah setempat sering longsor," kata Kasi Logistik dan Prasarana BPBD Bojonegoro MZ Budi Mulyono di Bojonegoro, Jumat.

Budi mengatakan di Desa Kanor, tanggul kanan Bengawan Solo kritis sepanjang 50 meter dan pada musim hujan selalu longsor.

"Penanaman pohon mangrove terbanyak di atas tanggul yang longsor, sebagian lainnya di sekitar tanggul yang longsor," jelas dia.

Penanaman 1.500 pohon mangrove itu merupakan kerja sama BPBD dengan Joint Operating Body (JOB) Pertamina-Petrochina East Java (PPEJ) dari program tanggung jawab sosial (CSR) lingkungan hidup.

"Ada sekitar 100 personel yang bekerja bakti melakukan penanaman, selain dari BPBD juga JOB PPEJ, anggota Koramil, Dinas Pengairan, juga masyarakat," ucapnya menambahkan.

Warga Desa Kanor disebutnya telah bersedia mengamankan pohon mangrove dan melakukan pengawasan terhadap perkembangan tanaman mangrove.

"Pihak perangkat Desa Kanor, juga masyarakat sudah sepakat untuk melakukan pemeliharaan dan pengawasan perkembangan tanaman mangrove, sebab kawasan setempat tanggul Bengawan Solo rawan jebol," tuturnya.
Sumber : Antara

Anak-anak Sumba Timur Ikut Cegah Abrasi Tanam 2.000 Anakan Mangrove di Padadita

on




WAINGAPU-Akibat ulah manusia dan pemanasan global, menyebabkan bumi dan segala isinya terancam punah. Manusia sebagai ciptaan yang paling mulia bertanggung jawab untuk melestarikan dan menjaga lingkungan. Salah satunya dengan reboisasi di lokasi-lokasi yang telah rusak.
Hal inilah yang dilakukan anak-anak di pesisir pantai dengan menanam mangrove untuk mencegah abrasi.
Kepada Pos Kupang di Pantai Padadita, Minggu (12/3/2017), Monika, salah satu guru sekolah minggu Haleluya, Kampung Kalu, mejelaskan dewasa ini banyak sekali bencana alam yang terjadi di mana-mana.
Kerusakan lingkungan adalah salah satu faktor penyebab bencana alam tersebut. "Kalau lingkungan rusak berarti tidak ada keseimbangan lagi sehingga mudah terjadi bencana alam," jelasnya.
Menanam anakan mangrove di pesisir pantai setempat, katanya, merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh anak-anak sekolah minggu binaan Yayasan Komunitas Radio Max FM Waingapu. Kegiatan anak-anak sekolah minggu tersebut tidak hanya bernyanyi dan bermain bersama.
Selain berkumpul untuk belajar dan bermain, anak-anak sekolah Minggu Haleluya, Kampung Kalu juga berpartisipasi untuk melestarikan lingkungan.
"Kita mengajak anak-anak sejak usai dini untuk mencintai lingkungan. Kebetulan kita di daerah pesisir maka yang bisa kita lakukan adalah menanam anakan bakau di," jelasnya.
Hal senada dikatakan guru sekolah minggu lainnya, Eshey Meta. Dia menjelaskan, kegiatan penghijauan di pesisir pantai mulai dilakukan oleh sekolah Minggu Haleluya sejak lima tahun terakhir. Selama tahun 2017, lanjutnya, anak-anak sekolah tersebut terhitung sudah dua kali melakukan penanaman mangrove.
"Ini kali kedua dalam tahun 2017. Kita tanam bakau pertama bulan Januari. Kalau anakan pohon bakau disuplai oleh Yayasan Komunitas Radio Max," jelasnya.
Direktur Yayasan Radio Max FM Waingapu, Heinrich Dengi mengatakan, mengajak anak-anak usia dini untuk meletasrikan lingkungan merupakan salah satu target lembaga itu. Alasannya jika anak-anak diajarkan menanam sejak dini maka akan timbul rasa memiliki lingkungan. Selain itu anak-anak tidak akan mau melakukan tindakan pengrusakan terhadap lingkungan.
"Anak-anak sekolah Minggu Haleluya, Kampung Kalu ada sekitar 50-an orang. Mereka tinggal dekat pantai makanya kita ajak meraka untuk menanam bakau. Hari ini ada 2000 anakan yang ditanam oleh mereka. Kalau anakan mangrove sendiri kita kerja sama dengan Life Jepang," tandasnya.

POS KUPANG

Ratusan Anak di Pasuruan Diajak Tanam Mangrove

on Thursday, March 16, 2017



Pasuruan - Ratusan anak di Kabupaten Pasuruan diajak menanam mangrove di pesisir Desa Penunggul, Kecamatan Nguling. Selain untuk menjaga pantai dari abrasi, juga diharapkan menumbuhkan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan.

Selain anak-anak, penanaman 1.000 mangrove melibatkan semua unsur pemerintah kabupaten dan perusahaan. Kegiatan bertajuk Save Our Mangrove tersebut juga melibatkan TNI-Polri.

"Kegiatan ini berlangsung selama dua hari. Kami harapkan setelah ditanam ada perawatan sehingga bisa tumbuh dan mampu menjaga pantai dari abrasi," kata Ketua Penggerak PKK Kabupaten Pasuruan Lulis Ratnawati Yudi yang juga istri Bupati Irsyad Yusuf, yang juga ikut menanam mangrove, Kamis (16/3/2017).
Selain Lulis, hadir juga Ketua Bhayangkari Pasuruan, Miranti Martomo. Acara ini juga diikuti anggota PKK serta Darmawanita Kabupaten Pasuruan.

"Kami harapkan kegiatan ini menguatkan kepedulian pada alam, baik kita orang dewasa terutama anak-anak," jelasnya.

Lewat penanaman mangrove, diharapkan semakin banyak pihak yang tergerak untuk melakukan hal yang sama karena Kabupaten Pasuruan memiliki garis panjang yang panjang. Perusahaan terutama yang bergerak di bidang perikanan diharapkan lebih peduli lingkungan pantai.

"Saat ini terdapat 25 perusahaan perikanan di Kabupaten Pasuruan. Namun yang melaksanakan CSR hanya segelintir saja, salah satunya PT MS. Yang lain belum menyentuh ke daerah Pasuruan," kata Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Pasuruan, Slamet Handoyo.

DETIKCOM

Kisah Benteng Pelindung Kota Ternate Hilang Tergerus Reklamasi

on Wednesday, March 15, 2017



Ternate - Benteng pelindung itu telah hilang. Pepohonan rimbun pelengkap keindahan pantai tinggal kenangan. Begitulah, riwayat hutan mangrove Kelurahan Manggadua, Kota Ternate.

Ekosistem mangrove itu sebenarnya jenis tanaman belukar yang toleran terhadap garam. Komunitas ekosistem itu tumbuh pada daerah pasang surut.

Salim Abubakar, peneliti mangrove Unkhair Ternate, mengatakan ekosistem mangrove merupakan tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai daerah tropis dan sub tropis.

Hutan mangrove berfungsi sebagai peredam gelombang dan angin badai, juga sebagai pelindung pantai dari abrasi, mencegah terjadinya intrusi air laut dan penahan lumpur.

"Tumbuhan mangrove berbeda dengan bakau. Bakau dominan hidup di habitat pantai, sementara mangrove tumbuh di daerah pantai berlumpur atau lumpur berpasir," kata dia kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Salim mengemukakan hutan mangrove sebagai pagar pelindung di Kota Ternate itu punah dan kritis. Reklamasi pantai yang dilakukan pemkot setempat salah satu faktor.

"Reklamasi itu untuk pembangunan jalan, pemukiman, pelabuhan dan rumah toko," kata dia.

Salim mengatakan kawasan hilangnya hutan mangrove yang terparah di kota berjuluk Bahari Berkesan itu terdapat di Kelurahan Manggadua-Toboko, Kecamatan Ternate Tengah.

"(Sementara) hutan mangrove lainnya yang sebagian besar hilang ada di Kelurahan Kalumata, Gambesi dan Tobololo. Seluruhnya kritis karena kurangnya kesadaran warga."

"Kurangnya kesadaran warga masyarakat ini seperti membuang sampah di sekitar hutan mangrove. Juga pencemaran air laut dari tumpahan BBM Pertamina Jambula dan penambangan pasir," dia menambahkan.

Hilangnya mangrove karena ditebang berarti lepasnya kandungan karbon yang semula berada dalam mangrove tersebut. Lepasnya karbon ke atmosfer berkontribusi pada pemanasan global.

Abrasi Pantai Gambesi

Hilangnya hutan mangrove akibat reklamasi pantai di kota itu perlahan berdampak pada abrasi yang kian mengancam rumah-rumah dan kebun warga pesisir. Bahkan di Kelurahan Gambesi, hampir sebagian besar kebun kelapa milik warga setempat saat laut pasang sudah menyatu dengan air.

"Pohon kelapa sudah rusak. Mau bagaimana, hanya bisa pasrah," kata Ikram Sangaji, salah satu warga Kelurahan Gambesi, saat disambangi Liputan6.com, di lokasi abrasi pantai setempat, Selasa, 28 Februari 2017.

Ikram mengungkapkan bukan hanya pohon kelapa yang rusak akibat abrasi pantai, tapi puluhan lahan petani kangkung juga terendam air laut saat pasang.

Ia berharap program tanam mangrove yang dilakukan pemkot Ternate berbuah maksimal. Selain untuk mengantisipasi ancaman abrasi, warga Gambesi meminta pemerintah membuatkan tanggul pemecah ombak.

"Seperti yang anda (wartawan) lihat sudah semakin parah. Ini sudah lama (berlangsung). Lihat saja seluruh akar pohon kelapa semakin habis terkikis air laut," ucap dia.

Ikram pesimistis karena program menanam mangrove di pesisir pantai pernah dilakukan Pemkot Ternate pada 2001. Namun, ribuan pohon mangrove yang ditanam tak satupun tumbuh besar. Kurangnya perawatan dan pengawasan penyebab di antaranya.

Ketua Pusat Studi Kebencanaan Ternate Ridwan Lesi mengemukakan penanaman mangrove itu dikerjakan Dinas Perikanan Kota Ternate. Di sepanjang garis pantai Kelurahan Manggadua dan Kastela ditanam 10.000 pohon mangrove.

Menurut dia, wilayah pesisir pantai Kota Ternate sebagian besar telah mengalami perubahan fisik yang drastis berupa pergeseran garis pantai dari waktu ke waktu.

Penyebab Abrasi

Tanggul pemecah ombak, solusi instan pengganti benteng pelindung Kota Ternate yang hilang. (Liputan6.com/Hairil Hiar)

Dosen Universitas Khairun itu mengatakan hilangnya benteng pelindung Kota Ternate berupa hutan mangrove dipicu reklamasi dan eksploitasi pasir pantai. Kondisi itu berimbas pada terjadinya perubahan iklim yang signifikan.

"Jadi, perusakan pantai yang ditimbulkan oleh manusia secara tidak langsung dalam jangka panjang akan merusak wilayah pesisir dan merugikan, seperti rusaknya pemukiman masyarakat dan rusaknya lahan perkebunan," kata dia.

Ridwan mengatakan langkah yang harus ditempuh Pemkot Ternate bukan hanya membangun tanggul pemecah ombak saja, tetapi juga harus mengedukasikan masyarakat. Pasalnya, kegiatan adaptasi yang terjadi saat ini hanya bersifat struktural.

"Yang perlu diubah itu pola pikir masyarakat, sehingga strategi adaptasi itu bukan hanya melihat dari bangun infrastruktur, tapi masyarakat itu harus paham bahwa mereka saat ini mengalami ancaman abrasi pantai," kata dia.

Data Pusat Penelitian Biologi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan hutan mangrove di kota itu kebanyakan menghilang. Hanya sedikit pohon mangrove sepanjang pantai pulau itu yang tersisa dalam bentuk bergerombol dan berjejeran dengan ukuran cukup besar.

Padahal, hutan mangrove kawasan pantai Ternate juga merupakan daerah asuhan, daerah mencari makanan dan daerah pemijahan berbagai jenis biota laut seperti ikan, udang dan kerang.

Hutan mangrove itu tumbuh terpencar-pencar di beberapa tempat. Ada yang tetap tegak berdiri di pinggir pantai dan ada pula yang bergerombol di belakang garis pantai menyerupai gundukan pasir. Pada jenis mangrove yang ditemukan di kawasan Pantai Manggadua, berada tepat di belakang kawasan pemukiman.

Data LIPI menyebutkan kondisi hutan mangrove ini masih cukup baik, hanya terancam sampah dan reklamasi pantai. Jenis mangrove di pantai Manggadua antara lain Sonneratia alba dan Avicennia marina.

Hasil penelitian LIPI mengemukakan secara alami hutan mangrove yang mati akibat sampah masih akan pulih kembali, tetapi reklamasi membuat banyak semai atau anakan mangrove mati selamanya.

Perhatian Pemkot

Sekretaris Komisi III DPRD Kota Ternate Mohdar Bailusy mengatakan komitmen pemkot setempat terhadap pengelolaan tata ruang wilayah patut dipertanyakan.
Reklamasi pantai di kawasan Manggadua-Bastiong itu, kata Mohdar, berdampak pada hilangnya ribuan pohon mangrove yang sudah ada sejak ratusan tahun. Reklamasi pengembangan kawasan pusat kota di Ternate ini mulai berlangsung pada 1994, di pantai Falajawa, Kecamatan Ternate Tengah.

"Bahkan, sisanya beberapa batang pohon (mangrove besar) yang masih ada sudah ditimbun lagi. Setelah saya konfirmasi, katanya untuk bangun peti kemas," kata dia.

Politikus PKS itu mengemukakan banyak hal dalam kebijakan pemkot setempat masih abai terhadap masalah lingkungan, padahal dampak perusakan itu fatal. Meskipun begitu, Mohdar mengakui Pulau Ternate dalam hal pengembangan kawasan Kotabaru sangat terbatas akan lahan.

"Kalau pun alasan reklamasi untuk pengembangan kawasan Kotabaru karena Ternate kurang tersedianya lahan ya cari dong kawasan lain, yang sesuai RTRW Kota Ternate," ucap dia.

Mohdar menilai, penataan kawasan jalan pantai Kotabaru-Bastiong itu tidak mempertimbangkan adanya kawasan hutan mangrove. Padahal dalam RTRW kota setempat, hutan mangrove Manggadua masuk kawasan yang dilindungi.

Dia mengatakan pengabaian serupa juga tedapat pada galian C, hampir tidak ada upaya reboisasi, seperti mengembalikan fungsi alam pasca galian C dilakukan. Mohdar menilai solusi pemkot dalam menangani masalah abrasi pantai selama ini masih sebatas membangun infrastruktur berupa tanggul pemecah ombak.

"Jadi, pendekatan kita selama ini betonisasi semua. Dari barat sampai timur itu bangun beton saja. Padahal air ini kalau kita hadapi dengan beton, satu saat pasti rusak," kata dia.

Komisi III DPRD Kota Ternate, sambung Mohdar, meminta pemkot lebih memikirkan program jangka panjang terkait ancaman perubahan iklim yang terjadi.
Menurut Mohdar, kegagalan menanam mangrove yang dilakukan pemkot setempat karena lebih pada pendekatan proyek daripada upaya mengantisipasi ancaman perubahan iklim.

"Misalnya pada akhir tahun kemarin (Rabu, 17/11/2016) ada penanaman 1.000 pohon mangrove di Pantai Rua (salah satu kelurahan di Kecamatan Pulau Ternate), itu asal-asalan, karena yang ditanam itu modelnya seperti dua tahun sebelumnya," kata dia.

Langgar Peraturan?

 
Tanggul pemecah ombak, solusi instan pengganti benteng pelindung Kota Ternate yang hilang. (Liputan6.com/Hairil Hiar)

Musaddaq, aktivis Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Indonesia, mempertanyakan apakah reklamasi itu sudah sesuai UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, dan Perpres Nomor 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

"Di mana dalam Perpres itu lah yang mengatur izin tentang reklamasi, yang harus mendapatkan persetujuan dari Menteri," kata dia.

Demikian pula halnya Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 2 Tahun 2012 tentang RTRW Kota Ternate Tahun 2012-2032 yang sudah mengatur kawasan hutan mangrove masuk wilayah yang dilindungi, tapi tetap saja ditimbun.

Lelaki yang getol menyoroti reklamasi CPI (Centre Poin of Indonesia) di Pantai Losari, Kota Makassar dan reklamasi pantai Jakarta itu, mengemukakan jangan sampai reklamasi pantai di Kota Ternate menjadi permasalahan hukum di kemudian hari.

"Karena itu, DPRD Kota Ternate harus betul-betul mengawasi. Ini sudah bagian dari fungsi mereka sebagai wakil rakyat," ujar aktivis Kopel Indonesia itu.

Wali Kota Ternate Burhan Abdurahman belum dapat dihubungi. Saat disambangi di lantai satu kantor Wali Kota, Jalan Yos Sudarso, Kecamatan Ternate Tengah, tidak berada di tempat.


 LIPUTAN 6

 

Agar Mangrove Selamat, Desain Ulang Tambak Pesisir

on Tuesday, March 14, 2017


Direktur Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Antung Deddy Radiansyah memberikan penjelasan mengenai rencana penyelenggaraan Konferensi Mangrove Internasional dan pengelolaan ekosistem mangrove di Jakarta, Selasa (14/3). - JIBI/Dedi Gunawan
JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan diminta untuk menata ulang konsep budi daya perikanan di pesisir pantai agar tidak merusak ekosistem mangrove.
Guru Besar Ekosistem Mangrove Institut Pertanian Bogor (IPB) Cecep Kusmana menuturkan pembangunan tambak merupakan salah satu ancaman terhadap ekosistem mangrove. Sepanjang 1980-2015, misalnya, luas kawasan berair payau itu berkurang dari 4,25 juta hektare (ha) menjadi 3,2 juta ha.
“Mangrove kita paling luas di dunia. Tapi selama 35 tahun, 24% mangrove kita hilang,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (14/3/2017).
Cecep menambahkan 500.000 hektare (ha) tambak kini berdiri di pesisir pantai Sumatra, Kalimantan, dan Jawa. Agar menihilkan konversi, dia meminta KKP untuk menerapkan sistem silvofisheri. Dalam konsep ini, ikan dan udang dapat dibudidayakan asalkan luas tanaman mangrove dan kolam didesain berimbang.
“Dalam ekosistem mangrove, ikan juga lebih tahan penyakit karena daunnya membelokir enzim berbahaya,” tuturnya.
Di sisi lain, selama ini tambak yang berdekatan dengan ekosistem mangrove memicu polutan karena penggunaan pakan kimia. Untuk itu, Cecep meminta kepada para pembudi daya ikan untuk beralih ke pakan organik yang bersumber dari tanaman mangrove itu sendiri.
Saat ini diperkirakan terdapat 202 jenis tanaman mangrove di Indonesia dengan 156 spesies fauna darat dan laut yang hidup di dalamnya. Rinciannya fauna darat sebanyak 55 spesies dan sisanya jenis fauna laut.
Cecep mengungkapkan KKP paling berkepentingan dengan ekosistem mangrove yang baik karena sekitar 80% siklus hidup fauna laut sangat tergantung dengan kawasan tersebut.
Di samping itu, tambah pengajar Departemen Silvukultur IPB ini, ekosistem mengrove juga memiliki dimensi geopolitik. Eksistensi sebuah pulau terluar, misalnya, ditandai dengan rimbunnya tanaman mangrove yang mencuat di atas permukaan laut.
“Jadi fungsinya mempertahankan keberadaan pulau-pulau terkecil kita. Kalau kita ingin perlebar teritorial, biarkan saja mangrove (merambat) ke laut,” katanya.

BISNIS

4.350 bibit mangrove hijaukan lahan 13 hektare di desa Muara Bengalon

on Monday, March 13, 2017

 
Staf ahli bupati Suko Buono mewakili bupati Ismunandar menanam mangrove di desa Muara Bengalon bersaa manajemen PT KIN dan masyarakat. ©2016 Merdeka.com

Kutai Timur - Upaya yang dilakukan PT Kemilau Indah Nusantara (KIN) untuk menghijaukan kembali lahan yang kritis di desa Muara Bengalon, dengan menanam bibit mangrove sebanyak 4.350 bibit, mendapat respon positif pemerintah Kutai Timur. Sebab, kewajiban untuk menghijaukan atau menjaga ekosistem dan lingkungan bukan hanya tanggungjawab pemerintah semata.

“Penghijauan atau penanaman mangrove yang dilakukan PT KIN menjadi kewajiban sosial perusahaan. Kita mendorong dan mendukung seluruh aktivitas yang dilakukan perusahaan, demi keselamatan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat,” kata Staf Ahli Bupati Suko Buono yang hadir pada acara penanaman mangrove mewakili bupati Ismunandar yang berhalangan hadir.

Menurut Suko, panggilan akrab staf ahli itu, dirinya hanya mewakili bupati sebagai pimpinan Pemerintah Kutai Timur. Pihaknya ingin, apa yang dilakukan PT KIN tersebut juga bisa ditiru oleh perusahaan lain, untuk menjaga lingkungan sekitarnya. Jika semua elemen ikut menjaga lingkungan, tentunya alam sekitar akan tetap terjaga dengan baik dan kesejahteraan masyarakat ke depannya juga menjadi lebih baik lagi.

Dijelaskan, salah satu upaya menjaga lingkungan juga menjadi tujuan visi pemerintah Kutai Timur dibawah kepemimpinan Ismunandar dan Kasmidi Bulang. Diharapkan, dengan menjaga lingkungan masyarakat  sekitarnya juga ikut terjaga. Melalui penanaman mangrove tersebut, juga menjaga abrasi air laut yang akan masuk ke wilayah desa Muara Bengalon.

“Waktu itu, saya mewakili Pak Bupati bersama unsur manajemen PT KIN dan beberapa perwakilan dari Lanal, melakukan penanaman bibit mangrove di lahan 13 hektar di desa Muara Bengalon. Kita harapkan tanaman ini nanti terus dipelihara dan mampu menjaga kawasan pantai tersebut,” kata Suko.

Tanaman mangrove juga bakal memberikan dampak positif bagi nelayan sekitar desa Muara Bengalon. Selain menjaga abrasi air laut, kawasan mangrove merupakan kawasan yang perlu dilestarikan dengan baik.

Bukan mustahil, kawasan mangrove bisa menjadi destinasi wisata bahari di masa mendatang. Pemandangan akan tampak indah dan menjadi menarik untuk didatangi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Merdeka

HUT Perdana, Sekolah Anak Bahari Tanam 700 Bibit Mangrove

on Sunday, March 12, 2017


Sekolah Anak Bahari merayakan ulang tahun perdananya dengan menanam 700 bibit mangrove di Desa Patramanggala, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Perayaan ini diikuti oleh beberapa elemen masyarakat sekitar.
Bagus Muhamad Rijal, Ketua Sekolah Anak Bahari mengatakan, ini adalah salah satu upaya Sekolah Anak Bahari dalam menjaga lingkungan pesisir serta secara tidak langsung memberikan pendidikan kepada masyarakat pesisir untuk lebih peduli terhadap lingkungannya.
“Kita memilih menanam mangrove karena banyak manfaatnya, antara lain mencegah abrasi pantai, mengurai limbah dari darat yang masuk ke laut dan menjadi sumber makanan satwa laut, dengan harapan kedepan Sekolah Anak Bahari ini mampu memberi kebermanfaatan lebih bagi masyarakat,” terangnya, Minggu (12/2/2017).
Sementara itu, Siti Fitri Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan Komite HMI Tigaraksa yang turut hadir mengapresiasi apa yang dilakukan Sekolah Anak Bahari, ditengah keterbatasan mereka masih mau melakukan berbagai kegiatan yang berdampak langsung bagi masyarakat, seperti kegiatan menanam Mangrove ini.
“Lebih jauh mungkin Sekolah Anak Bahari bisa menjadi pelopor dalam melestarikan mangrove sebagai wisata edukasi,” tuturnya.
“Kami sangat mengapresiasi kerja nyata Sekolah Anak Bahari dengan komitmen kepedulian terhadapa dunia pendidikan dan sosialnya, selamat ulang tahun SAB semoga makin jaya dan terus mengabdi dan menginspirasi,” tambahnya.
Senada dengan Risky, salah seorang masyarakat sekitar, dirinya akan menjaga dan merawat pohon mangrove ini, karena kelak pohon mangrove ini akan menjadi penompang ekosistem masyarakat kedepannya.
“Mari kita bersama menjaga dan merawatnya bersama, karena keasrian ekositem kedepan menjadi tanggung jawab kita, dari semua lapisan masyarakat,” tutupnya.

PMI Siap Tanam 225.000 Mangrove di Aceh Jaya

on Saturday, March 11, 2017

ACEH JAYA,  – Sebagai wilayah yang sebagian besarnya pernah dihancurkan oleh tsunami pada 26 Desember 2004, Aceh Jaya telah kehilangan banyak hutan pantai akibat bencana tersebut dan menggugah Palang Merah Indonesia (PMI) melakukan  program mitigasi terpadu di Kabupaten Aceh Jaya. Salah satunya dengan kegiatan penanaman kembali hutan pantai di pesisir Aceh Jaya.
Secara simbolis penanaman mangrove dilakukan oleh Pengurus PMI Pusat, PMI Provinsi Aceh, PMI Aceh Jaya, serta Relawan PMI dan anggota SIBAT (siaga bencana berbasis masyarakat) di desa Ceunamprong pada. Simbolis ini sebagai awal dimulainya program penanaman mangrove hasil pembibitan relawan dan sibat di Aceh Jaya.
“Banyak manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dengan pengelolaan yang baik dari tumbuhnya hutan mangrove. Kedepan jika tumbuh besar, bisa menjadi objek wisata. Jika ditambah nilai edukasi di dalam pengelolaannya, maka daerah wisata ini bisa ditingkatkan menjadi daerah ekowisata,” demikian dikatakan Bapak Teuku Ardiansyah Pengurus PMI Provinsi Aceh yang ikut melakukan penanaman, seperti dikutip dari laman PMI, Rabu (11/1/2017).
Dalam proses penguatan kembali hutan pantai ini, PMI melibatkan pakar dari Institut Pertanian Bogor. Proses pembibitan dilakukan langsung di daerah tanam agar angka pertumbuhan mangrove dapat tinggi. Selain itu proses pembibitan dan penanaman melibatkan langsung masyarakat sebagai penerima mamfaat dari tumbuhnya ekosistem pantai di daerah tersebut.
Untuk masing-masing desa jenis dan ragam mangrove sesuai dengan kondisi daerah tumbuh melalui rekomendasi hasil survey ahli dari IPB. Jumlah penanaman untuk Desa Lhok Geulumpang mangrove yang dibibitkan berjumlah 10.000 batang dan cemara 3.000 batang, Desa Meunasah Kulam 65.000 batang mangrove, Desa Krueng Noe 35.000 batang mangrove dan 1.000 batang cemara, Desa Ceunamprong 50.000 batang mangrove dan 1.000 batang cemara, Desa Krueng Tunong 65.000 batang mangrove dan 1.000 batang cemara. Total bibit siap tanam pada program PERTAMA tahap II ini berjumlah 225.000 batang mangrove dan 6.000 batang cemara.
Pada Program Pengurangan Resiko Terpadu Berbasis Masyarakat (PERTAMA) tahap I PMI telah menanam 109.670 batang mangrove jenis Rizhophora, Carioptagal, Brueguera, Avicenia dan 7.562 batang vegetasi pantai seperti cemara, ketapang, dan pandan, serta tanaman produktif kelapa sejumlah 6.119 batang.
Dimana sebelumnya PMI telah melakukan pembibitan di 5 desa binaan PMI yaitu desa Lhok Geulumpang, Meunasah Kulam, Krueng No, Ceunamprong, dan Krung Tunong. Jenis-jenis tanaman mangrove yang dibibitkan diantaranya Rizhopora Apiculata, Rizhopora Murcronata, Avicenia dan Cemara.
Dikatakan Al Akbar Abubakar perwakilan Palang Merah Amerika, perkembangan pengetahuan tentang arti pentingnya hutan mangrove oleh masyarakat di apresiasi secara positif. Terbukti masyarakat sangat antusias mengikuti pelatihan-pelatihan yang PMI fasilitasi.
PMI juga telah memfasilitasi pelatihan mata pencarian alternatif melalui pemamfaatan hutan manggove bukan-kayu. Misalnya, Pelatihan pembuatan sirup, selai, permen dan dodol dari buah tanaman mangrove serta pelatihan budidaya lebah madu. PMI juga telah memberikan 8 koloni lebah jenis Apis Mellifera yang didatangkan dari Cibubur supaya masyarakat dapat langsung membudidayakannya.
Selanjutnya proses penanaman bibit mangrove siap tanam, akan dilakukan oleh Relawan PMI Aceh Jaya dan anggota SIBAT di masing-masing desa. Juga akan dilakukan perawatan agar perkembangan tanaman hutan pantai tumbuh dengan baik.

NETRAL NEWS

Operasi “Serbuan Akar Lutut” Digelar di Cirebon

on Sunday, March 5, 2017

 
Kegiatan penanaman pohon mangrove di Desa Waru Duwur, Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. FOTO: Dispen Koarmabar

CIREBON - Perwira Staf dan Prajurit Lanal Cirebon bersama Taruna/Taruni AKMI (Akademi Maritim Indonesia), Pramuka Saka Bahari serta masyarakat pesisir Waruduwur menggelar operasi “Serbuan akar lutut” yaitu program tanam dan pelihara lima miliar pohon mangrove di wilayah/pantai pesisir barat Indonesia. Salah satunya dengan melaksanakan penanaman dua ribu pohon di Desa Waru Duwur, Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
“Hal ini sesuai dengan kebijakan dan perintah dari Pangarmabar untuk melaksanakan kegiatan penanaman pohon mangrove di pantai pesisir,” kata Komandan Lanal Cirebon Letkol Laut (P) Tarus Rostiyadi melalui keterangan tertulis Kadispen Koarmabar, Mayor Laut (KH) Budi Amin, Minggu (5/3).
Menurut Tarus, kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari pelaksanaan salah satu tugas pokok TNI Angkatan Laut khususnya Lanal Cirebon yaitu melaksanakan pembinaan potensi maritim menjadi kekuatan pertahanan negara di laut. Kali ini diimplementasikan melalui kegiatan fogging atau pengasapan untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk demam berdarah di daerah pesisir dan penanaman 2000 (dua ribu) pohon mangrove (akar lutut).
Pohon mangrove ini memiliki beberapa fungsi yakni sebagai pelindung pantai dari ancaman abrasi bahkan dari gelombang tsunami. Mangrove juga menjadi tempat hidup habitat berbagai macam jenis satwa seperti biawak, kepiting bakau, udang lumpur, siput, burung, keang dan lain-lain.
Mangrove juga sebagai “Nursery Ground” yaitu tempat pembesaran banyak jenis ikan laut serta dapat menghasilkan jenis kayu yang berkualitas baik. Selain itu mangrove dapat digunakan menjadi arang kayu dan bahan pangan, minuman serta tempat wisata.
Dengan berbagai macam manfaat dari pohon mangrove ini tentunya hal ini akan membantu meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir, khususnya para nelayan. Namun yang terpenting masyarakat harus mempunyai kesadaran yang tinggi dalam menjaga lingkungan sekitar dengan memberdayakannya secara arif dan bijak.
Menurutnya, hal ini juga dalam rangka mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia yaitu pilar ke-2, menjaga dan mengelola sumber daya laut.
Oleh karena itu, dia berharap serbuan akar lutut ini akan digelar secara bertahap di garis pantai wilayah kerja Lanal Cirebon yang terbentang mulai dari Losari Brebes sampai dengan Karawang.

Geronimo, Aksi Tanam Bakau UAJY 2017

on

 

Acara bertema “Geronimo“ atau Green Never Stop Motion in My World, ini bertujuan untuk mengajak kaum muda bergabung dan ikut serta menyelamatkan bumi dengan aksi nyata menanam bakau.

YOGYAKARTA- Kondisi bumi saat ini cukup memprihatinkan. Perusakan ekositem dan pengalihan fungsi lahan terjadi dimana-mana. Kerusakan ekosistem laut akibat ulah manusia yang kurang memperhatikan dan menjaga ekosistem pun saat ini sudah berada pada zona merah.   

Sebagai bentuk keperdulian terhadap kelangsungan ekosistem di laut, Presidium Mahasiswa Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (FTB UAJY) mengadakan Aksi Penanaman Bakau di Pantai Baros, Dusun Baros, Kecamatan Kretek,  Bantul, Yogyakarta, Sabtu (4/3).

Seperti diketahui, hutan mangrove/bakau sangat membantu dalam pemeliharaan laut. Selain dapat mencegah terjadinya abrasi, mangrove juga dapat menjadi penyumbang oksigen terbesar untuk bumi dan terlebih mangrove merupakan tanaman yang dapat bertahan hidup terhadap kondisi cuaca yang ekstrim.

Presidium Mahasiswa Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (FTB UAJY) mengadakan Aksi Penanaman Bakau di Pantai Baros, Dusun Baros, Kecamatan Kretek, Bantul, Yogyakarta, Sabtu (4/3).
Acara bertema “Geronimo“ atau Green Never Stop Motion in My World, ini bertujuan untuk mengajak kaum muda bergabung dan ikut serta menyelamatkan bumi dengan aksi nyata menanam bakau.

Aksi menanam bakau merupakan bagian dari rangkaian acara Biofair 2017, yakni acara tahunan yang diadakan oleh Presidium Mahasiswa Fakultas Teknobiologi UAJY dalam rangka memperingati hari bumi yang jatuh pada tanggal 22 April dan sudah terlaksana sejak tahun 1999.

Selain mahasiswa UAJY, aksi penanaman bakau ini juga melibatkan seluruh elemen masyarakat baik kaum muda, anak–anak hingga para orang tua, terlebih masyarakat sekitar pantai Baros.

Ketua acara Patrick Andung turut memberi  semangat kepada para mahasiswa untuk terus menjadi mahasiswa yang peduli terhadap bumi.
Selain mahasiswa UAJY, aksi penanaman bakau ini juga melibatkan seluruh elemen masyarakat baik kaum muda, anak–anak hingga para orang tua, terlebih masyarakat sekitar pantai Baros.

“Harapan saya pribadi ingin semakin hari semakin banyak kaum muda yang peduli terhadap bumi kita, dengan melakukan hal yang sangat sederhana, misal membuang sampah pada tempatnya, hemat energi dan masih banyak hal yang dapat dilakukan untuk bumi kita. Semoga keterlibatan kaum muda dalam hal konservasi semakin meningkat. Kelestarian di masa mendatang bergantung pada kepedulian kita pada hari ini,” katanya.

BERITA SATU

PMI Cilacap Tanam 10 Ribu Mangrove di Lahan Konservasi

on


Hutan Mangrove di Klaces, Kawasan Laguna Segara Anakan, Cilacap. (Foto: KBR/Muhamad Ridlo)

Cilacap – Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah menanam 10 ribu bibit mangrove di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Tipar dan lahan konservasi Balai Konservasi Sumberdaya Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah, Sabtu sore (4/3/2017).

Kepala PMI Kabupaten Cilacap, Andi Susilo mengatakan,kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi risiko bencana di wilayah pesisir. Terutama risiko yang ditimbulkan perubahan iklim seperti banjir rob air laut dan abrasi pantai.

“Ini adalah salah satu program atau satu bagian dari Program Pengurangan Resiko Bencana Terpadu Berbasis Masyarakat di wilayah Pesisir atau Pertama. Didukung oleh PMI Pusat dan juga Amarica Red Croos. Program Pertama sudah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu. Penanaman ini merupakan tahap kedua penananaman. Kita kemarin melakukan kegiatan menanam 10 ribu pohon dari 25 ribu pohon mangrove yang direncanakan akan ditanam,” jelas Kepala Markas PMI Cilacap, Andi Susilo, Minggu (5/3/2017).

Andi Susilo menjelaskan, penanaman mangrove di Karangbenda, Kecamatan Adipala merupakan rekomendasi dari Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PSKBL) Institut Pertanian Bogor (IPB). Karang Benda dinilai cocok untuk lahan konservasi sekaligus memacu berkembangnya ekosistem mangrove.

Pasalnya, pada penanaman mangrove tahap pertama di Kelurahan Tegalkamulyan, banyak bibit mangrove yang mati akibat pasang rob yang terjadi di perairan donan.

Andi Susilo menambahkan, pihaknya juga menggandeng Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKDP), Pemerintah Kecamatan, dan Pemerintah Desa. Selain itu, terlibat pula Basarnas Pos SAR Cilacap, SAR Cilacap Rescue, dan puluhan relawan yang fokus pada pelestarian lingkungan hingga siswa SD, SMP dan SMA di Kecamatan Adipala.

Menurut Andi, keterlibatan seluruh pihak itu penting sebagai kampanye untuk menjaga ekosistem mangrove sebagai upaya menanggulangi resiko akibat pemanasan global.

KBR

Diajak Tanam Mangrove, Turis Jepang Sangat Senang

on



POLEWALI,  - Puluhan wisatawan asal Jepang yang sedang menikmati liburan di sejumlah obyek wisata di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, tertarik mengabadikan perjalanan mereka dengan ikut berpartisipasi menanam mangrove di kawasan mangrove center, Kecamatan Binuang, Kamis (2/3/2017).
Kepedulian wisatawan Jepang melestarikan hutan mangrove ini mengundang perhatian warga dan wisatawan lain yang berkunjung ke Taman Mangrove Polewali.
Sebelum menanam mangrove, wisatawan Jepang itu mendapatkan penyuluhan atau kursus singkat tata cara menanam mangrove yang baik dan benar dari pihak pengelola kawasan.
Mereka juga diajak mengenali kondisi medan di kawasan mangrove Polewali.
Wisatawan asal negeri 'Sakura' ini pun tampak sangat menikmati liburan di Polewali sambil menanam mangrove.

Di kawasan ini pengelola memberikan pengenalan tentang jenis tanaman mangrove, seluk beluk dan fungsi mangrove sebagai benteng pertahanan dari abrasi laut.
Mereka didampingi pihak pengelola wisata juga mendapat bimbingan dari Dinas Kehutanan Polewali Mandar. Kawasan mangrove di Desa Sappoang ini memiliki luas 10 hektar.
Sebanyak 24 wisatawan Jepang mengaku penasaran ingin terlibat langsung menanam mangrove.
Ada juga yang beralasan ingin mengabadikan sejarah perjalanan wisata mereka ke Polewali dengan cara terlibat menanam mangrove yang diberi tanda oleh mereka.
Mereka berharap tanaman mangrove ini bisa tumbuh subur dan menjadi kenangan jika suatu saat nanti kembali berkunjung ke Polewali Mandar.
Menurut Sekretaris Dinas Pariwisata Polewali Mandar, Mustari Mula, kunjungan turis Jepang ini adalah kegiatan rutin setiap tahunnya. Tujuan utama mereka adalah berwisata agro, budaya dan bahari di Polewali Mandar.

“Mereka rutin tiap tahun ke Polewali. Mereka ikut berpartisipasi menanam mangrove sekaligus menjadi kenangan mereka sebelum pulang ke negaranya,” ujar Mustari.
Wisatawan Jepang ini berada di Polewali Mandar selama 3 hari. Sebelum kembali ke negaranya, mereka akan menikmati aneka keindahan wisata budaya, sejarah, wisata alam dan wisata agro di Polewali Mandar.



 

KOMPAS

Raja 3,5 Juta Mangrove dari Pesisir Pantura

on



Brebes - Sekitar 12 tahun terakhir, Mashadi (46), seorang aktivis lingkungan asal Kabupaten Brebes Jawa Tengah, bergelut dengan dunia mangrove di pesisir laut Pantai Utara (Pantura) Jawa.

Namanya kini tak asing lagi bagi warga Brebes. Sudah tak terhitung torehan prestasi mengikuti kegigihannya menyelamatkan abrasi di Pantura laut Jawa yang semakin tahun kondisinya semakin parah.

Mulai awal 2005 lalu, hari demi hari dilewatinya dengan penuh semangat untuk berkubang di lumpur hanya untuk melestarikan tanaman mangrove. Pada awal 2017 ini, Mashudi dan kelompok binaannya kini sudah mencapai 3,35 juta pohon mangrove Mashadi dan kelompok binaannya di pesisir pantura Brebes.

Mashadi menyelamatkan pesisir laut pantura dari bencana abrasi dengan konsistensinya menanam pohon mangrove. Berkat kepedulianya terhadap kondisi lingkungan di Pantura, ia pun pernah menerima penghargaan Kalpataru dari Presiden Joko Widodo dua tahun lalu.

Namun, ada satu mimpi yang hingga kini belum terwujud yakni, menjadikan Dukuh Pandansari, Desa Kaliwlingi menjadi desa wisata mangrove yang terintegrasi pada 2022 mendatang.

"Tak hanya wisata mangrove saja, tapi segala sesuatu tentang mangrove nanti ada di sini seperti, sekolah alam bagi pelajar segala usia, batik mangrove, makanan berbahan mangrove, dan lain-lain sebagainya," ucap Mashadi. 

Meskipun berlatar belakang pendidikan perdagangan, menjadi petani adalah pilihan hidup yang Mashadi jalani. Ia lebih memilih mandi lumpur dan mandi keringat di bawah terik matahari yang acap kali membuat kulit tubuhnya tersengat.

"Apa yang saya lakukan ini ikhlas dan bertujuan untuk menyelamatkan pesisir pantura laut Jawa di Desa Pandansari, Bulakamba, Brebes. Karena abrasi yang terus menggerus dikhawatirkan menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah jika dibiarkan," tutur dia.

Tak hanya merehabilitasi hutan mangrove, Mashadi bersama 34 warga desa lainya juga bersama-sama mengelola pesisir menjadi objek wisata mangrove yang menakjubkan dengan memberdayakan masyarakat pesisir dan penguatan kelembagaan kelompok.

Mereka kini menggelar kampanye penyadaran masyarakat, pembelajaran dan pendidikan lingkungan bagi pelajar disegala usia dan perlindungan kawasan hutan mangrove.

"Gerakan saya ini juga didukung oleh kelompok binaan di sini yang satu visi dan misi menjaga bumi dari kerusakan. Sampai saat ini, hampir 3,5 juta batang pohon mangrove sudah ditanam di sepanjang pesisir pantura Jawa di lahan seluas 210 hektare lebih," kata pria kelahiran Brebes, 1 April 2017.

Buat Sabuk Hijau Pantura

Sebanyak 3,5 juta tanaman mangrove sudah ditanam sang 'raja'. Hasil kerja keras mulai terbayar dengan udara sejuk. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

 

 Menurut dia, banyak manfaat yang diperoleh dari penyelamatan pesisir dengan mangrove, berdampak positif pada terjaganya wilayah pesisir dari abrasi yang selalu mengancam sebagian wilayah Budi daya perikanan di pantura Brebes.

Selain itu, juga membantu program pemerintah di bidang pemberdayaan masyarakat pada umumnya dan program lingkungan hidup dan penghijauan pantai. "Manfaatnya juga di sini juga sudah terbentuk sabuk hijau pantai coastal green belt di sebagian wilayah pesisir Kabupaten Brebes," kata dia.

Kang Hadi, biasa orang menyebutnya mengatakan, sejak gerakan rehabilitasi pantura Laut Jawa digalakkan dengan menanam mangrove, kesadaran masyarakat, khususnya kelompok dampingan, mulai tumbuh terhadap ekosistem pesisir dan dampak global warming dan climate change.

Usahanya kini juga mulai dilirik berbagai pihak, khususnya para peneliti dari dalam negeri, perguruan tinggi dan luar negeri yang membutuhkan dampingan selama kegiatan penelitian dan survei di kawasan pesisir.

Berdasarkan penelitian, kepedulian Mashadi terbukti menjadikan kondisi air tambak semakin membaik. Jumlah biota laut yang hidup di sekitar hutan mangrove meningkat, sedangkan intrusi air laut ke areal persawahan bisa ditahan dan ditekan.

Bahkan, dengan adanya hutan mangrove itu juga membuat kualitas udara yang ada di sekitar tanaman mangrove yang direhabilitasi lebih bersih dan sejuk.

"Alhamdullilah, dengan kegiatan rehabilitasi mangrove hampir 3,5 juta batang ini mampu melindungi tambak tambak petani dari gempuran ombak serta dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir mampu menangkap sedimen di beberapa titik muara sungai lebih dari 50 Ha," ucap dia.

Tak hanya biota laut, kehadiran mangrove di pesisir pantura brebes itu juga kembali mengundang berbagai hewan, seperti kura-kura dan burung. Hal itu jauh berbeda dengan abrasi yang menimpa pantai Dukuh Pandansari selama kurun waktu 1985-2010.

Saat itu, 850 hektare lahan pantai hilang. Tak ayal, masyarakat setempat kehilangan mata pencaharian dan menjadikan warga yang miskin semakin miskin.

"Dari 22 hektare terdampak intrusi laut, dengan usaha dan kemauan yang tinggi bersyukur dapat dikelola 16 Ha. Jadi, mampu meringankan beban petani pada saat itu dari kerugian yang banyak," kata ayah dari Muhammad Bangkit Gunung Surya Samudra (19), Nok Ayu Nur Asih (17), dan Nugroho Mukti Syaelendra (12)

PMI Gencarkan Penanaman Mangrove

on Saturday, March 4, 2017

DEMAK – Seratusan sukarelawan dan aktivis Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Demak, kemarin, melakukan aksi penghijauan di sepanjang pesisir Pantai Wedung. Aksi penghijauan tersebut berupa penanaman mangrove di kawasan pantai, bibir sungai dan tanah timbul atau akresi di beberapa lokasi di Pantai Wedung. Pengurus PMI Cabang Demak, Daryanto mengatakan, gerakan yang melibatkan sejumlah elemen masyarakat tersebut untuk mempercepat langkah penyelamatan pantai dari abrasi. “Gerusan abrasi sangat ganas sehingga harus ada upaya penangkalan dengan cara yang alami, seperti penanaman mangrove,” katanya.
Di wilayah Wedung, lanjut Daryanto yang juga Kabag Humas Pemkab Demak itu, terdapat beberapa tanah timbul atau ekresi. Pada tanah baru tersebut langsung dilakukan penyelamatan dengan ditanami mangrove.” Karena tanaman mangrove ini akan menjadi benteng dari keganasan ombak laut,” ujarnya. Dia menuturkan, penanaman mangrove tersebut merupakan program PMI Demak bekerja sama dengan American Red Cross (Amcross), dalam rangka menyelamatkan daerah pesisir dari abrasi. Pihaknya menargetkan dapat menanam sedikitnya 60.000 pohon mangrove. “Kegiatan ini akan kami lakukan secara berkelanjutan, termasuk ikut memantau perkembangan mangrove yang telah ditanam,” terangnya.
Kawasan pesisir Demak dari Sayung hingga Wedung, imbuh aktivis PMI Demak, Didit Ariyanto, mengalami perubahan sejak terdapat reklamasi pantai di wilayah Kota Semarang. Dampak kerusakan pantai terparah terjadi di kawasan pesisir Sayung. Ribuan hektare tambak di daerah itu hilang tergerus abrasi. Akan tetapi, belakangan ini gempuran abrasi mulai berkurang setelah terdapat hutan mangrove.
Di pesisir Karangtengah, Bonang dan Wedung juga mengalami ancaman serupa. Dengan demikian, perlu dilakukan gerakan penyelamatan, baik dengan cara membuat tanggul, pemecah ombak dan penanaman mangrove. “PMI akan terus memprogramkan gerakan penyelamatan alam dengan melibatkan sejumlah pihak, baik pemerintah, masyarakat maupun LSM dari dalam dan luar negeri,” katanya.

SUARA MERDEKA

Sharp Greenerator Kukuhkan Generasi Kedua

on Thursday, March 2, 2017


Anggota baru Sharp Greenerator foto bersama saat menggelar acara Boot Camp  dan menanam 100 pohon mangrove di Pulau Pari, Jakarta, beberapa waktu lalu.
JAKARTA  – Di 2017, Sharp Greenerator kembali mengu­kuh­kan anggota baru sebanyak 45 orang yang berasal dari siswa sekolah di wilayah Bogor dan sekitarnya. Rangkaian seleksi anggota baru telah berlangsung selama Januari 2017 dengan melakukan road show ke beberapa sekolah menengah umum di Kota Bogor.

Lebih dari 100 aplikasi pendaftaran yang masuk, tetapi hanya 40 siswa yang berhasil terpilih menjadi anggota Sharp Greenerator generasi kedua ini dan masuk kedalam kegiatan boot camp yang dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 25-26 Februari 2017. Ke 45 siswa ini lolos sesi penyaringan berdasarkan tulisan mereka mengenai motivasi dan pengetahuan dasar mengenai pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati Indonesia.

Bertempat di kawasan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Pulau Pari, Jakarta, keempat puluh lima anak ini mendapatkan pelatihan mengenai konservasi lingkungan dan keanekaragaman hayati dari yayasan nirlaba yang menjadi pendamping Sharp Greenerator dari awal berdiri yaitu Pusat Konservasi Tumbuhan–Kebun Raya Bogor (LIPI), Yayasan Transformasi Hijau, Yayasan Borneo Orang Utan Survival (BOS),  Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI) dan World WildlifeFund  (WWF) Indonesia seperti monitoring terumbu karang dan ekosistem pesisir serta workshop pemanfaatan rumput laut dan cara pembuatan selai dari bahan dasar rumput laut yang didemokan oleh warga pulau hasil pendampingan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI di Pulau Pari.

Guna meningkatkan kemampuan mereka menjadi generasi penerus yang memiliki visi dan misi yang kuat dalam mengkampanyekan pelestarian lingkungan, mereka pun ditantang untuk membuat rencana kegiatan selama satu tahun ke depan.
“Sebelumnya, mereka pun diharuskan mengikuti sesi visioning terlebih dahulu untuk menyatukan visi dan misi dari ke 45 anak ini agar selaras dengan visi dan misi yang dimiliki oleh Sharp Greenerator,’’ jelas  PR, CSR & Promotion Manager PT Sharp Electronics Indonesia, Pandu Setio di Jakarta, Rabu (1/3).

Melalui sesi visioning, lahirlah beberapa kegiatan yang akan siap dijalankan oleh Sharp Greenerator selama satu tahun ke depan. Selain itu dalam kegiatan ini Sharp Greenerator meluncurkan jargon yang siap digunakan dalam mengkampanyekan aksi-aksi mereka.

Jargon ‘Teenagers Save Nature’  dipilih karena dirasa mampu memiliki semangat dari  Sharp Greenerator yang beranggotakan para remaja yang memiliki visi dan misi untuk membuat perubahan demi lingkungan yang lebih baik dengan cara melakukan aksi nyata pelestarian lingkungan dan keanekaragam hayati Indonesia.

Tanpa menunggu waktu lama, di hari kedua pelaksanaan Boot Camp Sharp Gree­nerator Generasi kedua, me­re­ka langsung melakukan ak­si pertamanya dengan me­lakukan aksi bersih Pulau Pari sisi bagian barat, aksi ini berhasil mengumpulkan sampah anorganik yang terbawa arus laut  maupun sampah pengunjung seberat 95 kg, tidak hanya itu mereka pun menanam 100 pohon bakau (mangrove) berjenis Rhizophora spp sebagai salah satu upaya untuk melindungi pantai dari proses erosi atau abrasi, serta menahan atau menyerap tiupan angin kencang dari laut ke darat



Cegah Abrasi Masyarakat Wedung Tanam Mangrove Bersama

on

DEMAK -- Pemerintah Kecamatan Wedung beserta Koramil, dan pelajar menggelar aksi tanam mangrove di Sungai Babalan, Desa Babalan Kecamatan wedung, Kamis (2/3/2017). Pelajar se-Kecamatan Wedung sengaja dilibatkan dalam kegiatan tersebut untuk menanamkan kepedulian lingkungan dan pencegahan abrasi.
Pelda Abu Tolka salah satu panitia dari Koramil 06/Wedung mengatakan mangrove memiliki peran sebagai benteng alamiah daratan dari terjangan abrasi pantai.
"Selain itu Mangrove juga memiliki nilai ekonomis karena kayu, buah maupun berbagai biota yang berada di dalamnya, laku di jual," terang Abu dalam press releasenya.
Menurutnya, abrasi sepanjang pantai di Kabupaten Demak terus meluas. Ia menyadari hal tersebut setelah melihat citra satelit yang dibandingkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Demak.
"Menurut saya, selain dampak dari kerusakan hutan mangrove, abrasi yang terjadi di wilayah Pesisir Demak berkaitan dengan laju pembangunan di kawasan pesisir Kota Semarang. Ini tidak mustahil karena Demak berdekatan dengan Semarang," imbuhnya.

TRIBUN JATENG

Cegah Abrasi, Wagub Jabar Inisiasi Tanam Mangrove di Pantai Utara Karawang

on Wednesday, March 1, 2017

KARAWANG, - Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar menyampaikan bahwa penanaman mangrove sangat penting dan strategis bagi daerah pantai dan kawasan pesisir untuk mencegah adanya abrasi laut yang sering kali terjadi.

“Selain itu mangrove juga akan menciptakan ekosistem perairan di daerah pesisir yang menjadi habitat berkembangbiaknya ikan, udang, kepiting dan berbagai biota laut lainnya,” kata Wagub Jabar Deddy Mizwar pada acara Penanaman Mangrove dan Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2017, di Desa Pusaka Jawa Utara, Kec. Cilebar Kab. Karawang, Rabu (01/03/17).
Selanjutnya Wagub Deddy Mizwar mengatakan, bahwa untuk menyelesaikan persoalan lingkungan, perlu dilakukam upaya terintegrasi dan sinergis oleh seluruh stakeholder seperti diantaranya birokrat, dunia usaha, komunitas/ masyarakat, dan akademisi, dan tak kalah penting adalah diperlukannya konsistensi yang berkelanjutan.
Adapun kegiatan penanaman manggrove yang diinisiasi PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMI) kali ini, Deddy berharap dapat diikuti perusahaan-perusahaan lainnya yang ada di Jawa Barat. Dengan mengalokasikan sebagian CSR-Nya untuk kegiatan pengelolaan lingkungan hidup.
“Saya berharap melalui dukungan perusahaan yang ada, rehabilitasi mangrove, khususnya di pantai Karawang sepanjang 84 Km dapat segera diselesaikan,” katanya.
Selanjutnya melalui surat edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Tentang Pelaksanaan Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) Tahun 2017 wajib dilaksanakan oleh semua Pemerintah Daerah level Provinsi dan Kabupaten/ Kota di seluruh Indonesia. Maka pada kesempatan ini, dilaksanakan kegiatan bersih-bersih sampah di kawasan pantai.
Adapun harapan dari penyelenggaraan penanaman mangrove dan peringatan HPSN Tahun ini, yakni peningkatan kepedulian dan peran aktif masyarakat dalam mengelola hutan mangrove dan sampah untuk mewujudkan pantai Jawa Barat yang hijau dan bebas sampah, serta mewujudkan Indonesia bebas sampah 2020.
Selanjutnya Deddy mengatakan pengelolaan mangrove, juga menjadi upaya pengembangan potensi kawasan pantai sebagai tempat eco-wisata berbasis ekosistem mangrove melalui pemberdayaan komunitas atau kelompok sadar wisata dalam upaya mendukung peningkatan pariwisata nasional.
Wakil Presiden Direktur PT. TMMI Warih Andang Tjahjono mengatakan pada kegiatan penanaman kali ini, ditanam sekitar 200 ribu pohon bakau, atau mangrove bersama kurang lebih 1.000 pelajar dari wilayah kabupaten Karawang dan sekitarnya.
“Ribuan pelajar terjun langsung untuk turut serta menjadi bagian dari perbaikan ekosistem serta peningkatan kualitas kehidupan di daerah ini,” Ujar Warih.
Turut hadir pada kegiatan Bupati Karawang Callica Nurachadiana, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup RI Agus Justianto, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jabar Anang Sudarna, Kepala BKPP Wil. II Purwakarta Toto Muhammad Toha, Deputi Menko Kemaritiman Agung Kuswandono, dan undangan lainnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat Anang Sudarna mengatakan bahwa sebagian besar kondisi hutan mengrove di Jawa Barat, perlu perhatian lebih. Pasalnya, banyak kawasan hutan mangrove yang disulap warga sekitar menjadi tambak ataupun dengan eksploitasi lainnya seperti menebangi tanaman mangrove tanpa pembudidayaan, untuk dijadikan komoditas arang karena pasarnya yang cukup tinggi.
“Kondisi kerusakan tanaman mangrove cukup mengusik Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sebab ketiadaannya menimbulkan potensi ancaman bencana alam bagi masyarakat yang tinggal di sekitar bibir pantai,” kata Anang usai kegiatan Penanaman Mangrove dan Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2017, di kawasan pantai Desa Pusaka Jawa Utara, Kec. Cilebar Kab. Karawang, Rabu (01/03/2017).
Anang melanjutkan, bahwa tanpa mangrove, kawasan pinggiran pantai berpotensi terjadi abrasi, yang menyebabkan jumlah daratan di sekitar menjadi berkurang. Artinya lingkungan hidup bagi manusia pun akan tergerus, sedangkan jumlah manusia semakin bertambah banyak.
“Di sini saja (Desa Pusakajaya Utara), kemarin warganya bilang ke saya kalau daratan mereka sudah berkurang sejauh 100 meter. Banyak juga kok sisa-sisa bangunan yang telah rusak akibat abrasi,” ungkap Anang.
Untuk mengatasinya, Anang meminta pihak swasta yang berada di Pantai Utara agar turut berpartisipasi membenahi lingkungan di sekitar pantai.
“Saya tidak meminta uang, tetapi saya minta partisipasi mereka. Sebab kalau lingkungan di Pantai Utara rusak kan yang rugi mereka juga,” ujarnya.
Dia juga meminta warga yang tinggal di bibir pantai untuk tidak menebangi tanaman mangrove yang selama ini dianggap sebagai penyebab hama bagi ikan.
“Bahkan mangrove memiliki kemampuan menyerap gas rumah kaca lima kali lebih besar dibandingkan dengan hutan daratan biasa,” pungkas Anang.

JOB PPEJ akan Tanam Mangrove di Bojonegoro

on



Bojonegoro --Joint Operating Body Pertamina PetroChina East Java (JOB PPEJ), operator minyak dan gas bumi (migas) Lapangan Sukowati, Blok Tuban bersama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro akan melakukan program penghijauan di wilayah sekitar sungai.

Program penghijauan itu salah satunya penanaman pohon mangrove. Bagian Environmental JOB PPEJ, Muhammad Sahli mengungkapkan, pihaknya akan menyediakan ribuan pohon mangrove yang akan ditanam di sepanjang wilayah sungai khususnya Sungai Bengawan Solo, yang rawan terjadi longsor.

Menurutnya, hasil pemetaan yang dilakukan ada tiga kecamatan yang menjadi prioritas program penanaman mangrove. Seperti di Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk; Desa Ringinrejo, Kecamatan Kalitidu; dan Kecamatan Kanor.

"Kita sediakan ribuan bibit mangrove untuk penanaman nanti. Sehingga diharapkan bisa menangkal terjadinya tanah longsor," ujar Sahli usai melakukan rapat koordinasi di kantor BPBD Bojonegoro, Rabu (1/3/2017).

Ada dua jenis bibit tanaman mangrove yang akan ditanam. Jenis mangrove rhizophora dan mangrove avicennia. Program penanaman mangrove ini kali pertama dilakukan di Bojonegoro. "Tapi antusiasme sangat tinggi adanya program penanaman mangrove ini. Dari sebelumnya hanya 1.000 bibit kita tambah menjadi 2.000 bibit mangrove yang akan ditanam," terangnya.

Sementara itu, UP SDA 4 Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, Hidayat, mengatakan, penanaman mangrove di sekitar Sungai Bengawan Solo ini diharapkan tidak malah mempersempit wilayah sungai, atau merusak tanggul.

Sesuai Permen PU dan Perumahan Rakyat Nomor 28 tahun 2015 tentang Garis Sepadan Sungai dan Danau, penanaman pohon harus sepadan dengan bantaran kedalaman 3 sampai 20 meter.

"Sehingga penanaman pohon ini harus kurang lebih berjarak 15 meter dari tebing," jelasnya.

BERITA JATIM

Check Page Rank of your Web site pages instantly:

This page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service

Locations of visitors to this page