KARAWANG, - Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar menyampaikan bahwa penanaman
mangrove sangat penting dan strategis bagi daerah pantai dan kawasan
pesisir untuk mencegah adanya abrasi laut yang sering kali terjadi.
“Selain itu mangrove juga akan
menciptakan ekosistem perairan di daerah pesisir yang menjadi habitat
berkembangbiaknya ikan, udang, kepiting dan berbagai biota laut
lainnya,” kata Wagub Jabar Deddy Mizwar pada acara Penanaman Mangrove
dan Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2017, di Desa Pusaka
Jawa Utara, Kec. Cilebar Kab. Karawang, Rabu (01/03/17).
Selanjutnya Wagub Deddy Mizwar
mengatakan, bahwa untuk menyelesaikan persoalan lingkungan, perlu
dilakukam upaya terintegrasi dan sinergis oleh seluruh stakeholder
seperti diantaranya birokrat, dunia usaha, komunitas/ masyarakat, dan
akademisi, dan tak kalah penting adalah diperlukannya konsistensi yang
berkelanjutan.
Adapun kegiatan penanaman manggrove yang
diinisiasi PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMI) kali ini,
Deddy berharap dapat diikuti perusahaan-perusahaan lainnya yang ada di
Jawa Barat. Dengan mengalokasikan sebagian CSR-Nya untuk kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup.
“Saya berharap melalui dukungan
perusahaan yang ada, rehabilitasi mangrove, khususnya di pantai Karawang
sepanjang 84 Km dapat segera diselesaikan,” katanya.
Selanjutnya melalui surat edaran Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Tentang Pelaksanaan
Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) Tahun 2017 wajib
dilaksanakan oleh semua Pemerintah Daerah level Provinsi dan Kabupaten/
Kota di seluruh Indonesia. Maka pada kesempatan ini, dilaksanakan
kegiatan bersih-bersih sampah di kawasan pantai.
Adapun harapan dari penyelenggaraan
penanaman mangrove dan peringatan HPSN Tahun ini, yakni peningkatan
kepedulian dan peran aktif masyarakat dalam mengelola hutan mangrove dan
sampah untuk mewujudkan pantai Jawa Barat yang hijau dan bebas sampah,
serta mewujudkan Indonesia bebas sampah 2020.
Selanjutnya Deddy mengatakan pengelolaan
mangrove, juga menjadi upaya pengembangan potensi kawasan pantai
sebagai tempat eco-wisata berbasis ekosistem mangrove melalui
pemberdayaan komunitas atau kelompok sadar wisata dalam upaya mendukung
peningkatan pariwisata nasional.
Wakil Presiden Direktur PT. TMMI Warih
Andang Tjahjono mengatakan pada kegiatan penanaman kali ini, ditanam
sekitar 200 ribu pohon bakau, atau mangrove bersama kurang lebih 1.000
pelajar dari wilayah kabupaten Karawang dan sekitarnya.
“Ribuan pelajar terjun langsung untuk
turut serta menjadi bagian dari perbaikan ekosistem serta peningkatan
kualitas kehidupan di daerah ini,” Ujar Warih.
Turut hadir pada kegiatan Bupati
Karawang Callica Nurachadiana, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup RI
Agus Justianto, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jabar Anang Sudarna,
Kepala BKPP Wil. II Purwakarta Toto Muhammad Toha, Deputi Menko
Kemaritiman Agung Kuswandono, dan undangan lainnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi
Jawa Barat Anang Sudarna mengatakan bahwa sebagian besar kondisi hutan
mengrove di Jawa Barat, perlu perhatian lebih. Pasalnya, banyak kawasan
hutan mangrove yang disulap warga sekitar menjadi tambak ataupun dengan
eksploitasi lainnya seperti menebangi tanaman mangrove tanpa
pembudidayaan, untuk dijadikan komoditas arang karena pasarnya yang
cukup tinggi.
“Kondisi kerusakan tanaman mangrove
cukup mengusik Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sebab ketiadaannya
menimbulkan potensi ancaman bencana alam bagi masyarakat yang tinggal di
sekitar bibir pantai,” kata Anang usai kegiatan Penanaman Mangrove dan
Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2017, di kawasan pantai
Desa Pusaka Jawa Utara, Kec. Cilebar Kab. Karawang, Rabu (01/03/2017).
Anang melanjutkan, bahwa tanpa mangrove,
kawasan pinggiran pantai berpotensi terjadi abrasi, yang menyebabkan
jumlah daratan di sekitar menjadi berkurang. Artinya lingkungan hidup
bagi manusia pun akan tergerus, sedangkan jumlah manusia semakin
bertambah banyak.
“Di sini saja (Desa Pusakajaya Utara),
kemarin warganya bilang ke saya kalau daratan mereka sudah berkurang
sejauh 100 meter. Banyak juga kok sisa-sisa bangunan yang telah rusak
akibat abrasi,” ungkap Anang.
Untuk mengatasinya, Anang meminta pihak
swasta yang berada di Pantai Utara agar turut berpartisipasi membenahi
lingkungan di sekitar pantai.
“Saya tidak meminta uang, tetapi saya
minta partisipasi mereka. Sebab kalau lingkungan di Pantai Utara rusak
kan yang rugi mereka juga,” ujarnya.
Dia juga meminta warga yang tinggal di
bibir pantai untuk tidak menebangi tanaman mangrove yang selama ini
dianggap sebagai penyebab hama bagi ikan.
“Bahkan mangrove memiliki kemampuan
menyerap gas rumah kaca lima kali lebih besar dibandingkan dengan hutan
daratan biasa,” pungkas Anang.
0 komentar:
Post a Comment