Menepis Mitos Hantu Bandar Bakau

on Monday, May 1, 2017


DUMAI - Selama ini, Dumai lebih dikenal sebagai Kota Pelabuhan dan Industri. Sebab kota yang berjarak sekitar 176 Km dari Kota Pekanbaru ini menjadi satu pusat industri di Pesisir Timur Sumatera. Namun di balik deru mesin industri dan aktifitas pelabuhan, ternyata Kota Dumai memiliki satu objek wisata yang siap menyapa nusantara.

Suasana sunyi dan jauh dari keramaian begitu terasa saat mengunjungi Bandar Bakau. Rombongan Safari Jurnalistik PWI tahun 2017 pertengahan April lalu sempat merasakan sensasi berbeda ketika mengunjungi Hutan Mangrove di Jalan Nelayan Laut, Kota Dumai. Jaraknya berkisar 3 Km dari Pusat Kota Dumai, bisa dicapai dengan kendaraan roda dua atau roda empat.

Apalagi akses jalan ke lokasi sudah cukup mulus. Di balik rimbunnya aneka jenis Pohon Bakau ini tersimpan Legenda Putri Tujuh. Kisah tentang Tujuh Putri Ratu Cik Sima dari Kerajaan Sri Bunga Tanjung memang melekat di lokasi tersebut.

Saat memasuki Kawasan Konservasi Bandar Bakau, para pengunjung diajak untuk melihat kembali sepotong kisah Pangeran Empang Kuala, yang punya kisah tragis di Bandar Bakau.

Setelah murka saat pinangannya ditolak satu dari Putri Tujuh, Mayang Mengurai. Ketika menyusuri titian di Situs Legenda Putri Tujuh tersebut, hamparan Hijau Daun Bakau ada di kiri dan kanan mengingatkan tentang kisah tapak peristiwa wafatnya pangeran peminang, yang berhajat terhadap Putri Tujuh itu.

Awalnya Sang Pangeran masuk dari Muara Sungai Dumai bersama pasukannya. Ternyata ketika sedang rehat di rindangnya Pohon Bakau, ia malah tertimpa Buah Bakau yang dikendalikan kekeramatan Jin. Jin yang bersemayam di Hulu Sungai Dumai atau dikenal dengan Bukit Jin. Kisah magis di Bandar Bakau tidak cuma itu saja.

Pengelola Bandar Bakau, Darwis Mohammad Saleh bertutur dulunya masyarakat sekitar pernah percaya Mitos Hantu Bandar Bakau. Sehingga orangtua di sekitar Jalan Nelayan Laut, Kelurahan Pangkalan Sesai, Kecamatan Dumai Barat tidak mengizinkan anak-anak bermain di sana.

Namun perlahan Mitos Hantu di Bandar Bakau itu sirna. Terutama ketika pria 47 tahun ini menggagas berdirinya Perpustakaan Intan Payung di dalam areal Bandar Bakau. Ajang kreatifitas juga kerap digelar di lokasi ini.

Seperti Sanggar Seni dan Sekolah Alam yang dipayungi Pecinta Alam Bahari (PAB). Sekolah Alam sendiri sudah digagas sejak Oktober 2010. Para siswa setiap hari Minggu diajak untuk lebih dekat dengan Alam. "Ada juga Festival Layang-Layang yang rutin digelar setiap tahun," ujar Darwis, akhir pekan lalu.

Bandar Bakau berupa hamparan hutan Mangrove ini memiliki luas mencapai 20 hektare hingga batas timpas surut terendah Muara Sungai Dumai. Padahal awalnya luas Bandar Bakau diakui Darwis hanya 2,5 hektare.

Areal Konservasi tersebut dideklarasikan pada tahun 1999 oleh sejumlah tokoh masyarakat bersama pemerintah daerah setempat, sebagai upaya Konservasi Bakau di Muara Sungai Dumai.

Posisi Bandar Bakau berhadapan langsung dengan Perairan Selat Rupat, Kabupaten Bengkalis. Maka pemandangan laut dan sejumlah kapal yang melintas jadi sensasi tersendiri ketika berkunjung ke Bandar Bakau. Apalagi tersedia titian yang menghadap laut.

Darwis mengatakan ada 24 jenis Bakau di lokasi tersebut. Kebanyakan jenis Xylocarpus granatum atau Nyiri Bunga. Selain itu ada juga Bakau Merah dan Bosing. Kemudian saat melangkah di Bandar Bakau mesti berhati-hati. Sebab cukup banyak Ular Bakau hidup di sini. Ada juga satwa lain seperti Kera Ekor Panjang, Burung Punai, serta Kepiting Bakau. Bila sedang beruntung sekumpulan Kera Ekor Panjang bisa ditemukan sedang bergelantungan.

Keunikan ini didukung suasana Bandar Bakau sangat sunyi. Jauh dari kebisingan Kota Dumai yang dikenal sebagai satu Kota Industri. Untuk menikmati suasana ini, tidak perlu merogoh kocek sangat dalam. Sebab setiap satu pengunjung hanya perlu membayar tiket masuk sebesar Rp 7.500 untuk dewasa dan Rp 2.500 untuk anak-anak.

Pihak Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Dumai sendiri telah menjadikan Bandar Bakau sebagai satu destinasi unggulan wisata di Kota Dumai. Bahkan pada ajang peluncuran Kalender Iven Wisata Provinsi Riau 2017 lalu di Kementrian Parwisata RI, Bandar Bakau sudah diusulkan menjadi satu destinasi unggulan di Bumi Lancang Kuning. Rencananya akan digagas Festival Bandar Bakau atau Festival Serampang Laut.

Apalagi dalam pengembangannya festival ini menggandeng Pelaku Seni dari Malaka, yang merupakan Negeri Jiran. Sembari berupaya meningkatkan ekonomi kreatif. "Nantinya kita akan minta dukungan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Terutama untuk upaya pengembangan," ujar Walikota Dumai, Zulkifli AS, beberapa waktu lalu.

Pria disapa Zul AS mengaku Bandar Bakau menjadi destinasi unggulan karena Dumai sebagai kawasan pesisir memiliki garis pantai mencapai 136 km. Sepanjang garis pantai ditumbuhi Hutan Mangrove atau Bakau. Secara keseluruhan ada 36 jenis Bakau yang tumbuh di Dumai.

Namun kawasan Hutan Bakau terpadu yang dikelola baru Bandar Bakau. Ada 24 jenis Bakau yang ada di Bandar Bakau. Di antaranya merupakan Bakau Endemis seperti Bakau Blukap, Bakau Api, Bakau Berembang dan lainnya.

"Jenis ini tidak terdapat di tempat lain. Maka mahasiswa kerap melakukan penelitian di sana. Bahkan terakhir dari Kementrian Kelautan dan Perikanan RI mereka mengapresiasi pengelolaan Bandar Bakau," ujarnya.

Lebih lanjut, pemerintah Kota Dumai berencana mengembangkan Bandar Bakau yang saat ini luasnya mencapai 20 hektare. Bahkan pemerintah kota berencana memperluasnya hingga ke Jalan Cendrawasih, Kelurahan Laksamana.

Apalagi posisinya berdekatan dengan Muara Sungai Dumai. Rencana ini seiring dengan rencana pemerintah kota mengelola kawasan sungai. Nantinya di Bandar Bakau akan disiapkan sejumlah sarana pendukung, sehingga pengunjung merasa nyaman.

Politisi Partai Nasdem ini mendukung pelestarian Bakau di Bandar Bakau bisa mencegah terjadinya abrasi. Apalagi bahaya abrasi masih mengancam pantai di Kota Pelabuhan. Setiap tahunnya Pantai Dumai mengalami abrasi hingga satu meter.

Kondisi ini jelas mengkhawatirkan, sehingga perlu dilakukan penamanan Bakau di kawasan pantai. "Kita tidak ingin abrasi terus menggerus pasir di Pantai Kota Dumai. Maka, butuh komitmen bersama untuk mencegah abrasi," ujarnya.

Menurutnya, lokasi pantai yang rawan abrasi berada di wilayah Medang Kampai. Untuk mengatasi abrasi, pihaknya berupaya untuk meminta bantuan pemerintahan pusat dan provinsi. Apalagi lokasi abrasi cukup banyak. Sehingga butuh dukungan semua pihak.

Maklum Bakau membutuhkan lokasi pembibitan. Setelah cukup umur, nantinya bakau tersebut akan ditanam di pinggiran pantai. Sehingga bisa mencegah terjadinya abrasi.

"Kita juga mengajak pihak perusahaan yang beroperasi di pinggir laut, untuk melakukan kegiatan serupa di sekitar lokasinya. Penanaman kembali bibit bakau bisa dilakukan lewat CSR," paparnya.

Selain mengunjungi Bandar Bakau, para pengunjung juga diajak untuk mengadopsi Pohon Bakau. Perwakilan Bidang Pariwisata Pecinta Alam Bahari (PAB), Ari Bakau mengatakan bahwa kegiatan ini termasuk dalam kegiatan di Bandar Bakau. Kegiatan rutin digelar bagi para siswa yang datang untuk belajar seputar Bakau.

Mereka juga diajarkan banyak hal, mulai dari ekosistem Hutan Bakau, aneka jenis Bakau hingga manfaat dari Bakau. "Bandar Bakau tidak cuma didatangi oleh para wisatawan. Tapi juga para siswa yang datang dari berbagai sekolah di Kota Dumai," terang Ari, terpisah.

Sebenarnya, di Bandar Bakau terdapat sekolah Sekolah Alam Bandar Bakau. Mereka belajar di tengah rimbunnya Hutan Bakau setiap pekan. Sekolah ini fokus pada program pelestarian lingkungan. Sehingga para siswa diajak untuk rutin melakukan penanaman Bibit Bakau.

Jumlah siswa Sekolah Alam Bandar Bakau ini mencapai 30 siswa. Sedangkan PAB kini beranggotakan 15 orang. Mereka kini fokus dalam upaya enghijauan dan budi daya Bakau,

Lewat upaya penghijauan ini, diprediksi luas Bandar Bakau bisa mencapai 30 hektare. Upaya penghijauan pun tidak cuma terpusat di Bandar Bakau. Tapi upaya penghijauan sudah dilakukan ke sejumlah pantai seperti Pantai Purnama dan Pantai Lubuk Gaung.
Sejumlah kegiatan juga digelar di Bandar Bakau. Di antaranya menabung di Bank Mangrove, ikut belajar Budidaya Bakau, serta melihat langsung proses rehabilitasi Hutan Bakau. Bahkan pengunjung bisa ikut mengadopsi Pohon Bakau.
Hal ini terlihat, ada sejumlah pohon yang memang ditanam oleh para pengunjung. Mereka yang ikut menanam bisa menyematkan nama di depan Bibit Pohon Bakau. Sebagai tanda ikut dalam pelestarian Bakau di Kota Dumai. Ketua Pecinta Alam Bahari (PAB), Darwis Mohammad Saleh mengatakan bahwa sejumlah wisatawan yang juga pecinta alam, terutama dalam luar negeri juga ikut menanam Bibit Bakau di lokasi konservasi.
Seperti dari Belgia, Swiss, Australia, Prancis, Amerika Serikat, Malaysia dan Thailand. Saat ini, Darwis bersama PAB terus berupaya mengembangkan titian untuk menyusur Bandar Bakau. Secara swadaya mereka melakukan pengendalian Limbah Kota. Baik berupa Limbah Otomotif, Limbah Kaca dan Limbah Kayu Sisa.
Sejak awal Januari 2016, mereka menggunakan Ban Bekas untuk menjadi tumpuan dari Titian menyusuri Bandar Bakau. Sedangkan Kayu Bloti dan papan menjadi pijakan dari Titian. Ada juga Aquarium bekas yang diupayakan sebagai wadah ikan endemik seperti Ikan Lopak.

TRIBUN PEKANBARU

0 komentar:

Post a Comment

Check Page Rank of your Web site pages instantly:

This page rank checking tool is powered by Page Rank Checker service

Locations of visitors to this page