Melalui lomba ini, penyelenggara ingin menanamkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan, terutama terhadap mangrove kepada anakanak sejak dini. Lomba ini diselenggarakan Dinas Peternakan, Pertanian dan Kelautan (DPPK) dan Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Muara Rejeki dalam rangka mendukung pengelolaan mangrove yang berkelanjutan.
’’Kami ingin menumbuhkan sedini mungkin kecintaan dan kepedulian anak-anak terhadap lingkungan, khususnya tanaman mangrove sebagai salah satu upaya adaptasi terhadap dampak perubahan iklim,’’ kata Kasi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Bidang Kelautan, DPPK Kota Pekalongan, Sri Yulianti.
Kawasan Mangrove Berkurang
Dalam lomba tersebut, penyelenggara telah menyiapkan beberapa gambar tanaman mangrove. Anak-anak dengan kreativitasnya kemudian mewarnai gambar mangrove tersebut dengan krayon. Untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan dalam diri anak-anak, cara yang dipilih memang harus menyenangkan. Salah satunya melalui lomba mewarnai gambar.
Harapannya, kelak ketika mereka dewasa akan menjadi generasi yang mencintai dan peduli terhadap lingkungan, khususnya mangrove. Sebab ekosistem mangrove sangat penting dalam upaya meningkatkan ketahanan wilayah pesisir terhadap dampak perubahan iklim. Aniessa Delima Sari, Manajer Program Jejaring Ketahanan Kota-Kota Asia terhadap Perubahan Iklim atau Asian Cities Climate Change Resilience Network (ACCCRN), Mercy Corps Indonesia, mengatakan, makin berkurangnya kawasan hutan mangrove di sepanjang pesisir Kota Pekalongan telah menyebabkan laju abrasi semakin luas dari tahun ke tahun. Menurut dia, dalam kurun waktu 40 tahun, daratan di Kota Pekalongan tergerus abrasi seluas 258,6 hektare (ha) atau rata-rata 2,2 hektare per tahun. Pada 2008, luasan abrasi di Kota Pekalongan telah 400 hektare.
SUARA MERDEKA
0 komentar:
Post a Comment